Sektor pertanian, contohnya Agrowisata Halimun, mungkin sudah tidak terlalu menarik bagi sebagian orang untuk dijadikan mata pencaharian. Alasannya beragam, mulai dari tidak keren sampai tidak menjanjikan mengundang kekayaan.
Namun tak demikian bagi Ratna Junianti (55). Warga Kampung Wangsakerta, RT 03/05, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat itu dengan telaten menggarap lahan di kediamannya menjadi rumah bagi puluhan jenis sayuran dan tanaman hias.
Sebut saja sayuran jenis romaine lettuce atau selada romain, lolorosa atau selada merah, bawang daun, cabai keriting, cabai rawit, terong, tomat ceri, horinzo atau bayam jepang, dan mizuna atau sawi jepang, yang semuanya tumbuh subur di lahan seluas 3.500 meter persegi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertanian yang digeluti perempuan tamatan SMA itu sebetulnya merupakan realisasi dari konsep agrowisata tanaman sayuran. Berlokasi di Desa Cibodas, Lembang, ia menyasar wisatawan yang berlibur ke Lembang.
"Sebetulnya awalnya ini merupakan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) untuk warga di wilayah sini. Tapi memang juga untuk agrowisata. Tanaman di sini dijual untuk wisatawan dan ada edukasi untuk wisatawan soal tanaman," ungkap Ratna saat ditemui detikTravel, Rabu (17/2/2021).
Agrowisata Halimun atau Halaman Indah dan Rimbun yang digelutinya sejak dibentuk pada 18 Februari 2013, sudah mampu menghidupi puluhan ibu rumah tangga. Kebanyakan melakoni peran ganda, yakni sebagai kepala keluarga.
"Rata-rata itu single parent termasuk saya. Jadi ini tujuannya meningkatkan taraf ekonomi kita yang memang senasib sepenanggungan. Usia sudah tua dan tanggungan sama berat, akhirnya kami kerjasama membangun agrowisata ini," tuturnya.
![]() |
Semua sayuran yang ditanam di lahan Agrowisata Halimun Lembang dipasarkan melalui anggota kelompok yang memang fokus pada bidang pemasaran. Sektor pemasarannya pun sudah menembus ke pasar modern dan juga pasar tradisional di berbagai daerah.
"Sudah kita pasarkan ke berbagai wilayah, seperti Jakarta, ada yang ke pasar modern dan pasar tradisional. Sesuai grade juga, ada grade A dengan ukuran dan kualitas paling bagus, lalu grade B untuk pasar tradisional, dan grade C untuk diolah atau dijual sendiri," terangnya.
Di tengah pandemi COVID-19 ini, meskipun kunjungan secara langsung ke lokasi Agrowisata Halimun menurun, namun penjualan produk sayuran secara online justru mengalami peningkatan hingga 25 persen.
"Sebetulnya sekarang justru meningkat sampai 25 persen, karena terbantu dengan pemasaran secara online. Ya lumayan, setiap anggota bisa dapat sekitar Rp 1 juta per bulannya. Tapi mereka juga sudah dapat jatah untuk makan sehari-hari dari kebun ini," jelasnya.
Sementara itu Kepala Desa Cibodas Dindin Sukaya menyebut jika agrowisata rencananya dijadikan sebagai primadona di Desa Cibodas. Hal itu mengingat kultur Desa Cibodas yang memang lekat dengan sektor pertanian.
"Agrowisata Halimun ini mau dijadikan primadona di Desa Cibodas, itu juga demi meningkatkan taraf hidup masyarakat di sini. Sudah berjalan lama, karena memang kultur wilayah di sini yang merupakan daerah pertanian," kata Dindin.
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Layangan di Bandara Soetta, Pesawat Terpaksa Muter-muter sampai Divert!
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?
Foto: Aksi Wulan Guritno Main Jetski di Danau Toba