Indonesia punya sejumlah alat musik unik yang berasal dari sejumlah daerah. Salah satunya adalah kolintang dari Sulawesi Utara.
Dikutip detikTravel dari situs resmi Kemdikbud, Jumat (5/3/2021), Kolintang adalah salah satu alat musik tradisional masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara. Alat musik ini terbuat dari kayu khusus yang disusun dan dimainkan dengan cara dipukul.
Sekilas Kolintang ini hampir sama dengan alat musik Gambang dari Jawa. Namun, yang membedakan adalah nada yang dihasilkan lebih lengkap dan cara memainkannya sedikit berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kolintang merupakan salah satu alat musik tradisional yang cukup terkenal di masyarakat Minahasa dan sering digunakan untuk mengiringi upacara adat, pertunjukan tari, pengiring nyanyian, bahkan pertunjukan musik.
Sejarah Dan Perkembangan Kolintang
Dahulu kala, tersebutlah sebuah desa yang indah bernama To Un Rano yang sekarang dikenal dengan nama Tondano. Di desa yang terletak di daerah Minahasa ini, ada seorang gadis yang kecantikannya sudah tersohor ke seluruh pelosok desa.
Maka banyaklah pemuda yang jatuh hati. Sang gadis bernama Lintang, pandai menyanyi dan suaranya pun nyaring serta merdu.
Pada suatu waktu, sebuah pesta muda-mudi diselenggarakan di desa To Un Rano. Saat itu muncullah seorang pemuda gagah dan tampan yang kemudian berkenalan dengan Lintang. Namanya Makasiga, memiliki keahlian di bidang ukir-ukiran.
![]() |
Makasiga kemudian meminang Lintang, yang diterima dengan satu syarat. Yaitu: Makasiga harus mencari alat musik yang bunyinya lebih merdu dari seruling emas.
Lalu, Makasiga berkelana keluar-masuk hutan untuk mencari alat musik yang diinginkan Lintang. Untuk menghangatkan badan di malam hari, Makasiga membelah-belah kayu untuk kemudian dijemurnya.
Setelah kering, belahan-belahan kayu itu lalu diambil satu persatu dan dilemparkannya ke tempat lain. Saat belahan-belahan kayu jatuh membentur tanah, terdengar bunyi-bunyian yang amat nyaring dan merdu.
Makasiga senang bukan kepalang. Sementara di tempat lain, dua orang pemburu juga mendengar bunyi-bunyian itu sehingga mencari sumbernya.
Singkat cerita, Makasiga jatuh sakit dan kurus kering karena terlalu fokus mencari alat musik untuk Lintang, sehingga ia lupa makan dan minum. Dua orang pemburu tadi menemukannya dan membawanya kembali ke desanya.
Namun karena sakitnya semakin parah, Makasiga pun meninggal dunia. Mendengar Makasiga meninggal, Lintang pun sakit parah dan menyusulnya ke alam baka
Cerita di atas merupakan cerita rakyat Minahasa mengenai asal usul alat musik kolintang, yang merupakan alat musik tradisional khas Minahasa.
Berbahan dasar kayu, tapi jika dipukul akan menghasilkan bunyi-bunyi yang nyaring dan merdu. Bunyi yang dihasilkan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah.
Jenis kayu yang digunakan untuk membuat kolintang adalah kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau jenis kayu lain yang ringan tetapi bertekstur padat dan serat kayunya tersusun rapi membentuk garis-garis horizontal.
Kata kolintang berasal dari bunyi tong untuk nada rendah, ting untuk nada tinggi, dan tang untuk nada tengah. Dahulu, orang Minahasa biasanya mengajak bermain kolintang dengan mengatakan 'Mari kita ber Tong Ting Tang' atau dalam bahasa daerah Minahasa Maimo Kumolintang. Dari kebiasaan itulah muncul istilah kolintang.
(rdy/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!