Oh Musik Lesung, Iramamu Kian Menghilang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Oh Musik Lesung, Iramamu Kian Menghilang

Bonauli - detikTravel
Kamis, 29 Apr 2021 08:43 WIB
Banyuwangi -

Bunyi alu terdengar nyaring dari Sanggar Genjah Arum. Kamu tak akan menyangka bahwa tangan-tangan rentalah yang memegangnya.

"Tuk..tuk..tuk..tuk," bunyi alu atau biasa disebut bebekan bunyi bergantian.

Iringan angklung mulai terdengar dan bunyi ketukan alu semakin harmonis. Lima wanita sepuh dan seorang pemain angklung ini adalah pemain kesenian Othek atau musik lesung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itulah sambutan hangat dari Sanggar Genjah Arum di Desa Adat Osing Kemiren, Banyuwangi. Bukan sembarang sanggar, tempat ini adalah kedai kopi milik ahli kopi kelas internasional, Setiawan Subekti.

Seni Othek, musik lesung di Sanggar genjah arumSeni Othek, musik lesung di Sanggar genjah arum Foto: (Grandy/detikFOTO)

Tim Road Trip Java-Bali with IONIQ Electric Hyundai datang berkunjung untuk melihat langsung kesenian khas Banyuwangi ini. Sebenarnya Indonesia mempunyai beberapa jenis musik lesung yang tersebar di banyak daerah. Termasuk Banyuwangi.

ADVERTISEMENT

Misni (96), Subuh (95), Suwari (80), Misnah (72), dan Mahani (68) adalah anggota dari musik Othek. Aslinya berenam, namun kemarin salah seorang dari mereka sedang sakit.

Mereka mulai menabuh lesung tahun 1999. Iwan, yang juga pendiri Sanggar Genjah Arum, mengumpulkan mereka yang tersebar di desa adat osing untuk menjadi sebuah kelompok kesenian.

Sedari gadis mereka memang sudah menumbuk padi di sawah. Saat senggang dan istirahat, mereka memukulkan alu ke lumpang bersama-sama dan mulai mendendangkan lagu sebagai pelepas lelah.

Seni Othek, musik lesung di Sanggar genjah arumSeni Othek, musik lesung di Sanggar genjah arum Foto: (Grandy/detikFOTO)

Tahun-tahun berlalu, umur tak lagi muda. Menumbuk padi di sawah semakin menyiksa. Mereka yang kini dipanggil "Mak" ingin tetap produktif dan mencari kesenangan.

Di Sanggar Genjah Arum, mak-mak ini akan tampil tiga kali sehari sebelum pandemi. Lewat insting yang masih terasah tajam, alunan lagu Banyuwangi tempo dulu diiringi dengan mudah.

"Menabuhnya pakai insting saja, tak ada latihan," ujar Mak Subuh sambil tertawa dari balik masker.

Mak-mak yang lain ikut tertawa tanpa beban. Kehangatan mereka seakan menular, menginspirasi kaum muda.

Selama 30 menit sambutan irama angklung terus berganti dari satu lagu ke lagu yang lainnya. Jangan salah, tak ada satu lagu pun yang mereka lupa iramanya. Ah, garis-garis keriput itu sudah jadi "sertifikat" kelihaian mereka di masa belia. Pendengaran yang masih tajam, membuat mereka hafal betul beda bunyi lumpang di tiap sudut.

Meski tua, namun ketukan alu mereka dijamin bikin kepalamu retak. Sangat kuat dan masih lincah alu itu terus berdetak kencang. Terasa betul bahwa ini sudah mengalir dalam darah mereka.

Seni Othek, musik lesung di Sanggar genjah arumSeni Othek, musik lesung di Sanggar genjah arum Foto: (Grandy/detikFOTO)

Kenapa tak ada yang muda? Kenapa harus yang tua?

Tak ada paksaan dalam seni. Mereka tetap setia melakukan ini karena cinta sampai mati.

Ada alasan lain mengapa hanya mereka yang tampil. Anak muda sekarang tak tahu soal alu dan lesung. Menumbuk padi sudah digantikan dengan mesin modern.

Kami sempat mencoba untuk bergabung menumbuk alu. Terlihat jelas, kami yang sudah lahir dan hidup di kota sangat tidak fasih dengan perkakas sawah ini. Bunyi musik othek di tangan kami jadi berantakan.

Kini pandemi datang menghajar. Para pekerja seni ini sepi job. Kalau tak ada tamu, mereka kembali ke sawah, diam di rumah, atau mengurus cucu saja.

"Pandemi ini paling 3 kali sebulan tampilnya, enak sebelum pandemi," kata Mak Subuh. Yang lain tentu saja ikutan menyahut setuju dengan tawa yang renyah.

Kecantikan mereka tak juga luluh oleh sang waktu. Presiden Jokowi dan Iriana saja terpikat saat mereka tampil.

Seni Othek, musik lesung di Sanggar genjah arumSeni Othek, musik lesung di Sanggar genjah arum Foto: (Grandy/detikFOTO)

"Yang paling diingat ya itu, Iriana Jokowi dan Jokowi. Waktu itu dipanggil ke Solo," Mak Misnih mengisahkan.

Tak hanya kepala negara, banyak pejabat pula yang datang ke Sanggar Genjah Arum. Memang, sanggar ini tidak dibuka untuk umum, harus ada reservasi langsung kepada pemilik untuk bisa dijamu di sini.

Kebanggan mereka bisa tampil di depan banyak orang penting adalah kepuasan tersendiri. Yang bikin senang adalah saweran langsung yang kadang dilakukan oleh tamu.

Uangnya mereka pakai untuk kehidupan sehari-hari dan tabungan. Layaknya orangtua, sangat bangga rasanya bisa masih berpenghasilan untuk diberikan kepada cucu-cicit mereka.

Sehat-sehat terus ya Mak-mak tangguh! Traveler juga jangan mau kalah ya, tetap semangat!

(bnl/fem)

Hide Ads