DOMESTIC DESTINATIONS
Sensasi Makan Mie Aceh Langsung ke Sumbernya

Aceh tidak hanya tentang wisata religi saja. Keindahan alam dan kulinernya juga juara. Serta kehidupan sosial di sana juga membuat turis penasaran.
Jika orang berkunjung ke Padang, pasti leluconnya "Kok di Padang tidak ada nasi Padang sih?. Nah, apakah dengan berkunjung ke Aceh kita bisa menemukan mie Aceh?" Rasa penasaran ini melintas dalam pikiran detikcom saat berkunjung ke Banda Aceh beberapa waktu lalu.
Rasanya begitu nikmat datang ke negeri Serambi Makkah di saat bulan Ramadhan ini. Kita punya kesempatan wisata religi dan mengenang lagi kebesaran Allah bagaimana Aceh menghadapi peristiwa tsunami pada 2004 silam.
![]() |
Selama detikcom di sana, di saat siang hari tidak ada satupun tempat makan yang buka. Satupun tidak ada yang terlihat, serta jalanan pun juga sangat sepi.
Namun, tatkala selesai salat Ashar, barulah kehidupan itu terlihat. Orang-orang mulai keluar dari rumah dan para pedagang mulai menggelar dagangannya.
"Selama Ramadhan, tempat makan memang tidak boleh buka. Kalau di hotel, mungkin restorannya buka. Orang-orang akan jualan setelah Asar dan nanti tutup lagi pas taraweh. Setelah itu mereka buka lagi hingga sahur," ungkap driver yang menemani kami.
![]() |
Provinsi Aceh memang menerapkan syariat Islam dalam kesehariannya. Namun bukan berarti ada unsur pemaksaan untuk wisatawan yang datang. Hal inilah yang dirasakan detikcom saat berkunjung ke sana beberapa waktu lalu.
"Pak. Katanya perempuan di Aceh tidak boleh pakai celana jeans. Terus kalau wisatawan seperti saya harus seperti apa pak," tanya detikcom kepada driver yang juga guide menemani kami selama beberapa hari di Aceh.
"Boleh memakai celana, namun tidak ketat. Kami memang mengikuti syariat Islam, namun ini kewajiban untuk kami di Aceh terutama. Kami tidak memaksa turis untuk ikut, namun mereka harus menghargai," ujar si bapak supir.
"Kami mengajarkan ke anak-anak perempuan kami rasa malu dari kecil. Makanya mereka wajib keluar rumah mengenakan kerudung. Turis ya boleh saja tidak memakai kerudung, namun hargai saja. Misalnya jangan pakai baju ketat atau yang pendek-pendek. Jika masuk ke tempat ibadah, tutupi kepalanya dengan selendang. Sopan dan hargai saja yang penting," jelasnya lagi.
Ashar pun datang. Benar saja, terlihatlah orang-orang pada hilir mudik mencari takjil untuk berbuka.
![]() |
Setelah Isya pun jalanan kembali sepi. Orang-orang pada salat taraweh. Restoran atau tempat makan terlihat tutup dan mematikan lampunya. Kami yang niat ingin makan mie Aceh pun menunggu hingga pelaksanaan tarawih selesai.
Pukul 10 malam kehidupan malam di Banda Aceh mulai ramai. Orang-orang terlihat ramai di kedai kopi. Memang, tak diragukan lagi Aceh dengan kedai kopinya yang tak terhitung jumlahnya.
Selama di Aceh, detikcom makan di dua tempat yaitu DhapueMie dan Bardi. Katanya dua tempat ini salah satu yang terkenal di Banda Aceh.
Saat melihat menu, tidak ada tulisan mie Acehnya.
"Bang. Nggak ada mie Aceh?"
"Ini pilihan menunya kak," dia pun membuka halaman menu yang isinya beragam menu mie.
"Saya mau mie Aceh, Bang,"
"Iya kak. Ini ragam pilihan mienya. Kakak bisa pilih mau berkuah atau kering," ungkap abangnya sembari tersenyum.
Kemudian driver yang menemani kami pun menjelaskan bahwa di Aceh orang tidak menyebutnya mie Aceh, namun langsung menyebutkan mie kuah, mie basah atau mie goreng. Namun ada juga tempat makan yang menuliskan menu mie Aceh, namun sedikit. Kami pun mengangguk paham.
Begitu juga saat makan di Bardie. Kami hanya perlu menyebutkan ingin makan mie atau nasi saja. detikcom di kedua tempat itu memesan mie kuah cumi.
Rasanya? Wah, mantap! Rempahnya sangat berasa dan cuminya juga banyak. Soal harga dan rasa, tentu berbeda dengan Jakarta. Namun, bukan berarti di Jakarta tidak ada mie Aceh yang enak lho. Malam itu rasa penasaran detikcom pun terjawab.
Simak Video "Mie Aceh Daging Rusa Pertama di Kota Medan, Seperti Apa Rasanya?"
[Gambas:Video 20detik]
(sym/ddn)