Penangkaran itu juga dibuat masyarakat untuk merawat anakan burung blekok yang jatuh saat terjadi badai. Karena saat terjadi badai, banyak burung dewasa dan anakan yang mati karena terjatuh dari pohon.
"Dulu warga masih sering menebang kayu-kayu bakau itu untuk kayu bakar maupun dijual," kata Kholid, warga setempat, saat berbincang dengan detikcom, Minggu (1/8/2021).
Selain ditebang lalu dijadikan kayu bakar, warga sekitar masih menganggap keberadaan hutan mangrove itu sangat mengganggu aktivitas saat akan melaut maupun untuk mencari ikan di pantai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi warga mulai sadar pentingnya hutan bakau. Karena di hutan bakau itu banyak juga kepiting. Selain dihuni burung blekok yang bisa jadi atraksi wisata," kata pria yang juga pegiat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa setempat ini.
Belakangan, pemerintah Situbondo melalui Peraturan Bupati tentang Keanekaragaman Hayati menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan ekowisata mangrove dan burung air, serta eduwisata.
Simak Video "Video: Kronologi Bocah di Situbondo Kritis Setelah Dibakar 4 Temannya"
[Gambas:Video 20detik]
(sym/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol