Satu-satunya Zona Hijau di RI: Belum Punya Bandara, Ada Danau Berpasangan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Satu-satunya Zona Hijau di RI: Belum Punya Bandara, Ada Danau Berpasangan

Femi Diah - detikTravel
Kamis, 05 Agu 2021 15:23 WIB
Jalan di Pegunungan Arfak
Jalanan menuju Pegunungan Arfak (Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Jakarta -

Pengunungan Arfak dispekulasikan untuk menggelar kompetisi sepakbola Liga 1. Lokasinya ada di kepala burung Pulau Papua.

PT Liga dan PSSI berencana menggelar Liga 1 sebagai kompetisi sepakbola kasta tertinggi Tanah Air saat pandemi Covid-19 belum mereda. Duet lembaga sepakbola itu akan menggulirkan kompetisi dengan format series di zona hijau Covid-19 di Pulau Jawa.

Merujuk data di situs Satgas Covid-19, tidak ada zona hijau Covid-19 di Pulau Jawa. Tapi, ada satu di Indonesia yang masuk zona itu, yakni di Pegunungan Arfak, Papua Barat. Lokasinya sekitar 90 km dari Manokwari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

So, bandara paling dekat dari Pegunungan Arfak adalah Bandara Rendani, Manokwari, ibu kota Papua Barat. Dari Manokwari, Pegunungan Arfak bisa dijangkau dengan transportasi darat, sekitar enam sampai tujuh jam perjalanan.

Andai traveler terbang dari Bandara Soekarno Hatta akhir pekan ini, tersedia tiket paling murah Rp 2 juta dan bisa sampai Rp 4 juta untuk sekali jalan. Tidak ada penerbangan langsung, semuanya transit di Bandara Hasanuddin, Makassar.

ADVERTISEMENT

Jika dilihat dari peta, Pegunungan Arfak tepat berada di bagian kepala burung Pulau Papua. Kawasan itu berada di pegunungan dengan nama yang sama.

Kabupaten Pegunungan Arfak berada di dataran tinggi sehingga bersuhu dingin. Dataran tertinggi di Pegunungan Arfak berada di ketinggian 2.900 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Jokowi di Pegunungan Arfak (Kris-Biro Pers Setpres)Jokowi di Pegunungan Arfak (Kris-Biro Pers Setpres) Foto: Jokowi di Pegunungan Arfak (Kris-Biro Pers Setpres)

Dikutip dari situs BPK, Pegunungan Arfak masih memiliki hamparan hutan yang luas. Hutan-hutan di Pegunungan Arfak menjadi istana penyedia kehidupan bagi 12 ribu jiwa dari empat suku di sana, Suku Hatam, Meyakh, Soughm dan Moley.

Keempat suku besar ini secara turun temurun telah menghuni kawasan Pegunungan Arfak dengan pembagian wilayah yang jelas. Suku Hatam adalah yang terbesar menghuni kawasan Pegunungan Arfak bagian selatan atau di wilayah Distrik Oransbari dan Ransiki.

Kemudian, Suku Meyakh menghuni bagian timur atau wilayah Distrik Warmare dan Prafi. Mereka sering disebut orang "Arfak Asli"; Suku Sough umumnya berada di bagian utara atau di wilayah Distrik Anggi. Selanjutnya Suku Moile tersebar di bagian barat Pegunungan Arfak atau di Distrik Minyambouw.

Di Pegunungan Arfak ini terdapat gunung tertinggi di Papua Barat, yaitu Gunung Umsini (2.950 m dpl). Gunung ini memiliki dua danau, yaitu Danau Anggi Gita atau danau perempuan (2.500 ha) dan Anggi Gigi atau danau laki-laki (1.800 ha).

Karena perannya yang demikian penting bagi flora, fauna dan manusia, maka melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 783/Kpts-II/1992 tertanggal 11 Agustus 1992, Pegunungan Arfak ditetapkan menjadi kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak (CAPA). Dalam keputusan itu ditetapkan bahwa kawasan ini membentang seluas 68.325 hektare mencakup 8 wilayah distrik, seperti: Menyambouw, Membey, Hingk, Tanah Rubuh, Warmare, Manokwari Selatan, Ransiki, dan Oransbari.

Pegunungan Arfak juga menjadi tempat tinggal bagi 110 spesies mamalia dan baru 44 di antaranya yang tercatat. Di sana ada lima satwa endemik, yakni Tambrauw seperti Cenderawasih Arfak (Astrapia Nigra), Parotia Barat (Parotia Sefilata) dan Namdur Polos (Amblyornis Inomatus).

Pada 2019, Presiden Joko Widodo menyambangi warga di Pegunungan Arfak. Waktu itu, Jokowi menjanjikan pembangunan infrastruktur di sana. Dia meminta waktu dua sampai tiga tahun untuk mewujudkannya.

Wajah Orang-orang Pegunungan ArfakWajah Orang-orang Pegunungan Arfak. (Masaul/detikTravel)

Agenda Presiden Jokowi menemui warga Pegunungan Arfak itu dilakukan di lapangan Irai yang berada di jalan Drs Dominggus Mandacan, Distrik Anggi. Oleh pemerintah daerah lapangan itu akan dijadikan pusat sarana olahraga, di antaranya untuk voli, lintasan lari, bulutangkis, dan stadion mini sepakbola.

Akses internet di Pegunungan Arfak belum sip. Pada pertengahan Juni, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyebut, akses internet ke kawasan itu salah satu yang terburuk di Papua, cuma 18 persen.




(fem/ddn)

Hide Ads