Suku Baduy jadi perhatian karena baju adatnya dipakai Presiden Jokowi di Sidang Tahunan MPR. Suku Baduy selama ini memang dikenal dengan budaya yang kental.
Kebudayaan suku Baduy begitu terjaga hingga zaman modern seperti sekarang. Kemajuan teknologi tidak membuat mereka lupa akan adat istiadat dan tradisi.
Suku Baduy sendiri terdiri dari dua, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Perbedaan keduanya bisa dilihat dari cara hidup dan budaya.
Suku Baduy Luar, yang bermukim di beberapa kampung di sekitar kaki Gunung Kendeng, sedikit banyak sudah membuka diri dengan arus modernisasi. Pakaian mereka didominasi warna biru tua atau hitam, perlambang mereka sudah tidak murni lagi atau sudah terpengaruh budaya luar.
Sedangkan Suku Baduy Dalam berpakaian didominasi warna putih, sebagai perlambang kesucian. Mereka begitu kukuh dan taat menjalankan adat istiadat leluhur, bahkan sama sekali tidak tersentuh budaya luar atau modernisasi.
Mata pencaharian utama Suku Baduy adalah bertani dan berladang. Sistem kepercayaan mereka disebut Sunda Wiwitan.
Kepercayaan tersebut memuja nenek moyang sebagai bentuk penghormatan. Mereka percaya bahwa mereka mengemban tugas untuk menjaga harmoni dunia.
Ketika berada di perkampungan Suku Baduy ada beberapa aturan dan larangan yang perlu diperhatikan traveler: tidak membawa radio atau speaker musik, tidak membawa gitar atau alat musik sejenisnya, tidak membawa senapan atau senjata sejenisnya, tidak membuang sampah plastik sembarangan, tidak boleh merokok dan membuang puntung rokok sembarangan, dan tidak melakukan tindakan asusila.
Untuk ke perkampungan Suku Baduy Dalam ada larangan-larangan tambahan seperti, dilarang membawa peralatan mandi seperti sabun, pasta gigi atau sejenisnya, serta tidak diperbolehkan mengambil foto maupun video.
Suku Baduy menganut hukum adat yang mengatur berlangsungnya kemakmuran dan kesejahteraan mereka. Struktur hukum tersebut diatur oleh kepala suku yang disebut Puun. Tidak semua orang bisa menjadi puun. Puun ditunjuk dari garis keturunan puun terdahulu.
Dalam satu tahun ada beberapa bulan yang dianggap suci oleh masyarakat suku Baduy atau yang disebut Kawalu. Selama bulan tersebut semua masyarakat Baduy akan tertutup oleh wisatawan luar. Dengan kata lain larangan wisatawan masuk pada bulan ini.
Semua itu dilakukan agar masyarakat Baduy tetap setia pada jati diri dan kebudayaan mereka. Wisatawan yang ingin merasakan kehidupan sederhana yang berbasis alam dan kearifan lokal rasanya wajib mencoba bermalam di perkampungan suku Baduy dan merasakan kehidupan mereka. Tapi ingat, harus patuhi aturan-aturan yang sudah ditetapkan ya!
Simak Video "Video: Mengulik Filosofi Rumah Adat Baduy"
(wsw/wsw)