Noken, kantung rajut khas Papua, yang diakui UNESCO sebagai warisan tak benda, bisa dipakai siapa saja. Dibuat oleh perempuan Papua.
Noken beraneka ukuran dan bahan digantung berjejer di tepi jalan. Salah satunya, di sekeliling Graha Eme Neme Yauware di Mimika, venue judo dan tarung derajat PON XX/2021 Papua.
"Harga nokennya berbeda-beda, sesuai bahan dan ukurannya," kata Riana Pekei (16), salah satu penjual noken di kawasan Graha Eme Neme Yauware.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riana dan mama-mama penjual noken menawarkan ukuran terkecil sekitar Rp 100 ribu. Harganya makin mahal untuk ukuran noken yang lebih besar.
"Ini Rp 700 ribu. Tidak bisa kurang lagi," ujar mama penjual noken lainnya sembari menunjukkan noken mungil berwarna kuning.
"Ini dari anggrek. Susah mendapatkannya, tidak mahal," dia menambahkan.
Noken memang dibuat dari serat kayu. Tetapi, bukan sembarang serat kayu.
"Kayu ini tidak bisa. Cuma kayu tertentu saja," Riana sembari menunjuk salah satu pohon tempatnya berteduh.
Di antara serat kayu yang bisa dipakai adalah kulit kayu pohon manduan, pohon nawa, dan anggrek hutan.
![]() |
Ada sih tas lain yang dibuat dari benang dan harganya lebih murah. Itu variasi lain yang dijajakan di sana. Kalau yang ini siapapun bisa merajutnya dan warnanya lebih beragam.
Noken bukan cuma gampang dilihat di tempat penjualan di tepi jalan, di kios-kios kayu di kampung, tetapi juga di pusat oleh-oleh di Mimika, tetapi noken juga lumrah dipakai berbagai usia, muda, tua, pegawai, laki-laki, dan perempuan.
Buat tempat HP dan bawaan kecil-kecil. Dikalungkan di leher," kata Amir salah satu relawan PON.
Di pasar, mama-mama membawa bekal, hasil belanjaan, bahkan menggendong anak dengan noken. Ada yang ditaruh di bahu, ada yang di kepala. Pria dewasa juga mengalungkan noken di leher juga untuk membawa apa saja.
Bahkan, noken menjadi pengganti kotak suara saat pemilihan presiden dan kepala daerah.
Tas tradisional masyarakat Papua ini ramah lingkungan dan awet.
"Perlu waktu lama untuk menjadikan serat kayu sampai jadi tali-tali ini. Sampai sakit tangan," kata Riana.
![]() |
Merujuk beberapa sumber, noken dianggap sebagai simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat Papua. Terutama di daerah Pegunungan Tengah Papua.
Untuk perempuan Papua, noken seperti tenun di Timor, lambang kedewasaan dan kemandirian. Kemampuan membuat noken menjadi ukuran kesiapan perempuan Papua untuk menikah. Dengan bisa dijual, noken melambangkan kemandirian perempuan Papua.
Spesialnya, noken distempel oleh UNESCO yang memasukkannya dalam jajaran warisan kebudayaan tak benda dunia pada 4 Desember 2012.
Baca juga: Tradisi Berburu Papua yang Kian Pudar |
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!