Kulon Progo -
Tanaman vanili tumbuh subur di Dusun Sinogo, Kelurahan Pagerharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Aktivitas budidaya tanaman ini diturunkan lintas generasi.
Begini kisahnya.
Dusun Sinogo terletak di kawasan perbukitan menoreh yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Jarak dari pusat Kota Yogya ke Sinogo berkisar 40 km atau satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk bisa sampai ke sini, pastikan kendaraan dalam kondisi prima. Hal ini karena medan yang ditempuh tergolong sulit yakni naik turun dengan kemiringan cukup ekstrem.
Sampai di Sinogo, nuansa pedesaan akan langsung terasa. Dusun ini begitu tenang, jauh dari hiruk pikuk perkotaan, kebisingan kendaraan bermotor, serta polusi udara.
Sejauh mata memandang juga bakal disuguhkan lebatnya pepohonan yang berdampingan langsung dengan permukiman penduduk.
Mayoritas warga Sinogo bekerja sebagai petani. Berbagai macam tanaman mereka budidayakan, mulai dari kopi, teh, hingga vanili. Khusus untuk vanili, sudah dibudidayakan sejak lama, bahkan jadi semacam warisan yang diturunkan lintas generasi.
"Saya mulai membudidayakan vanili sejak tahun 1986, dan ini merupakan peninggalan nenek moyang kami," ucap salah satu warga, Surasa, saat ditemui di Sinogo, Jumat (10/12/2021).
 Kampung Vanili Kulon Progo (Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikcom) |
Surasa merupakan Ketua Kelompok Tani Ayem, yang fokus membudidayakan Vanili di Sinogo. Setidaknya ada 40 anggota kelompok yang masih aktif dan membudidayakan vanili di lahan pekarangan rumahnya masing-masing.
"Karena vanili tidak butuh lahan yang luas, biasanya kami tanam di pekarangan bersama dengan tanaman lain. Untuk teknik penanaman sendiri kami gunakan sistem stek lewat media polybag dan model jalar di pagar," ucap Surasa.
Surasa mengatakan teknik pembudidayaan tanaman yang biasa dijadikan pengharum makanan itu ia peroleh dari leluhurnya. Seperti dalam hal perawatan yang sebisa mungkin tidak mengandalkan bahan-bahan kimia guna menjaga kualitas vanili tetap baik dan alami.
"Kalau sudah mulai tumbuh hanya perlu disiram secukupnya, dan diawasi dari serangan hama. Nah dalam pembasmian ini (hama) kita hilangkan secara manual, seperti misalnya kalau ada bekicot atau ulat, tinggal kita singkirkan pakai tangan, jadinya tidak perlu bahan kimia biar tidak terkontaminasi bahan-bahan kaya gitu," ujarnya.
 Kampung Vanili Kulon Progo (Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikcom) |
Selanjutnya, vanili si emas hijau >>>
Vanili si emas hijau
Kegemaran warga Sinogo membudidayakan vanili dilatarbelakangi sejumlah hal. Pertama letak geografis Sinogo yang berada di ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut (mdpl) memungkinkan vanili bisa tumbuh subur di sana.
Kedua, faktor ekonomi, di mana harga jual komoditas yang hanya bisa dipanen setahun sekali begitu menggiurkan.
Surasa menuturkan vanili yang memiliki julukan emas hijau ini memiliki harga jual yang tinggi. Per 1 kg vanili basah grade A misalnya, bisa dibanderol antara Rp 300-500 ribu. Adapun untuk grade B berada di kisaran Rp 200 ribuan.
"Harganya memang tergolong tinggi mas, untuk yang kualitas baik, grade A itu kemarin bisa saya jual sekitar Rp 325 ribu, per kg vanili basah. Ini di atas harga pasaran," ujar Surasa.
Tingginya harga itu didukung oleh luasnya pangsa pasar vanili, sehingga produksi petani setiap kali panen dipastikan selalu terserap maksimal. Untuk kelompok Tani Ayem sendiri pada tahun ini berhasil memanen hampir 100 kg vanili basah untuk selanjutnya dipasarkan ke sejumlah daerah di Indonesia.
Kampung Vanili Kulon Progo (Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikcom) |
Di samping menjual mentah, kelompok ini juga mengolah vanili dalam bentuk siap konsumsi sehingga harga jual kian tinggi. Produk olahan itu yakni Vanili Gourmet, Vanili Ekstrak dan pasta vanili.
Vanili gourmet sendiri merupakan olahan vanili yang memungkinkan kandungan air dalam buah lebih tinggi dengan ciri fisik berwarna lebih hitam. Adapun vanili ekstrak, memiliki kandungan air rendah dan berwarna kecokelatan.
Sedangkan pasta vanili adalah bentuk lain vanili yang telah diekstrak menjadi bentuk cair. Produk-produk tersebut diolah oleh Rumah Belajar Vanili Mbajing yang juga berada di bawah pengelolaan Kelompok Tani Ayem.
"Kami bertugas mengolah vanili ini menjadi bentuk lain sehingga meningkatkan harga jual vanili," ucap Pengelola Rumah Belajar Vanili Mbajing, Aji Saras Wanto.
Harga jual olahan vanili ini terbilang cukup tinggi. Kisaran ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Adapun penjualan produk Vanili Mbajing menyasar seluruh wilayah di Indonesia.
"Penjualan kami fokuskan lewat online shop, dan telah melayani konsumen dari seluruh Indonesia. Kalau di wilayah DIY biasanya konsumen dari toko-toko kue, dan pesanannya memang cukup tinggi," ujar Aji.
Selanjutnya, pengembangan jadi kawasan eduwisata >>>
Kampung vanili dikembangkan jadi kawasan wisata edukasi
Potensi vanili di Sinogo mendapat perhatian Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpangan) Kulon Progo. Ke depan, kawasan tersebut akan dijadikan destinasi wisata edukasi.
"Kami ada upaya ke situ, jadi nanti akan ada semacam destinasi wisata edukasi yang memungkinkan masyarakat bisa berwisata sekaligus belajar tentang proses penanaman hingga pengolahan vanili di sini," ucap Kepala Distanpangan Kulon Progo, Muh Aris Nugroho.
Aris mengatakan upaya pengembangan ini tak lepas dari fakta bahwa Kulon Progo menjadi daerah dengan luasan lahan vanili terbesar di DIY. Dari total 14 hektar lahan vanili di Bumi Mataram, 9 hektar di antaranya berada di Kulon Progo.
Luasan itu tersebar di kawasan perbukitan menoreh yang meliputi Kapanewon Kokap, Samigaluh, Kalibawang serta Girimulyo. Dari luasan tersebut produksinya mencapai hingga 2 ton pada 2020 lalu.
"Pada tahun kita berhasil memproduksi hingga 2 ton vanili basah," ucap Aris.
Adapun dalam pengembangan ini, Distanpangan telah mengajukan usulan pendanaan dari APBD Kulon Progo dan Dana Keistimewaan (Danais) DIY tahun anggaran 2022.
"Pada 2022 kami sudah usulkan bahwa kita kembangkan vanili secara kewilayahan. Pengembangan ini melalui Danais untuk wilayah Samigaluh dan menggunakan APBD 2022 yang direncanakan di wilayah Kokap," ucapnya.
Simak Video " Video: Melihat Patung Biawak di Wonosobo yang Viral gegara Mirip Asli"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!