Menurut Agus Salim, untuk merawat terowongan saluran air itu, dirinya dan Kusnanto tak pernah menentukan frekuensinya. Dalam seminggu dia bisa membersihkan terowongan itu hingga hingga empat kali, tergantung kondisi cuaca dan kendala yang menghambat jalannya air.
"Makanya kalau ada bencana saya tetap fokus ke saluran air, ada apapun di dalam terowongan yang menyumbat jalan air, pasti saya masuk sama Pak Kus, saya bersihkan di dalam. Rasa was-was pasti ada, namanya kita di dalam tanah, pasti ada was-was," ucap Agus bapak dari tiga anak ini.
Bahkan, dia bercerita jika suatu ketika, pernah ada sebuah kayu besar yang terbawa dari Sungai Logawa saat banjir besar masuk dan menyumbat jalan air di terowongan. Keduanya kemudian berupaya membersihkan meskipun sangat kesulitan akibat sempitnya terowongan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sama Pak Kus berdua, tapi posisinya tidak bisa jongkok dan tidak bisa berdiri. Jadi merangkak ngeluarin batang kayu besar itu. Tidak dipotong, karena ada batu, kayunya kejepit, dan itu harus dikeluarkan," ceritanya.
Bahkan pernah sempat terjadi longsor ketika hujan deras di hulu sungai yang menyebabkan aliran air terhambat. Meski kondisi saat itu malam hari, kedua paruh baya itu tetap masuk ke hutan untuk mengecek.
"Saat itu malam, karena ada jebol di pertengahan terowongan, otomatis posisi air dari atas lebih besar (karena hujan di atas), tapi air tidak sampai di sini, karena terhambat. Air itu membentuk pusaran, tidak tahu hilang kemana, masuk ke dalam tanah sepertinya, pernah terjadi itu," ucapnya.
Artikel ini sudah tayang di detikjateng, baca artikel seputar Jawa Tengah lainnya di link ini
Simak Video "Video: Proses Evakuasi Pendaki Asal Bekasi yang Tewas Terjatuh di Gunung Slamet"
[Gambas:Video 20detik]
(aku/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan