Jadi, inilah masjid tempat lomba MTQ pertama di dunia dan berada di Indonesia. Kata kunci kedua, lokasinya berada di Sumatera.
Sebuah perkampungan di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara (Sumut) yakni Desa Pondok Bungur diyakini sebagai lokasi pertama digelarnya lomba membaca Al-Qur'an di Indonesia bahkan di dunia.
Lomba membaca Al-Qur'an di masjid itu, digelar pada 12 Februari 1946 atau bertepatan dengan tanggal 11 Rabiul Awal 1365 Hijriah.
Bangunan masjid bernama Masjid MTQ 1946 di desa ini menjadi salah satu bukti sejarah bahwa di kampung tersebut menjadi lokasi pertama digelarnya lomba baca Al-Qur'an, yang saat ini disebut sebagai Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ).
"Masjid ini dibangun sekitar tahun 1970-an nama awalnya Masjid Taqwa. Sekitar 1990-an berubah nama menjadi Masjid MTQ 1946 untuk mengingat sejarah itu," kata Ketua Badan Kemakmuran Masjid (BKM) MTQ 1946, Jafar kepada detikSumut, Jumat (8/4/2022).
Sejarah kelahiran MTQ pertama kali dilombakan di Asahan, tambah Jafar, telah diteliti oleh mahasiswa Mesir dan terbitnya sebuah buku pada tahun 1989 berjudul "Peristiwa dan Sejarah Kelahiran MTQ Pertama" yang disusun dan diterbitkan oleh Yayasan MTQ Pertama Indonesia oleh Nahar Alang Abd. Gani, alumni Universitas Al Azhar di Kairo.
Jafar berkisah, perlombaan membaca Al-Qur'an saat itu diprakarsai oleh Muhammad Ali Umar, ulama setempat sekaligus pimpinan madrasah di kampung itu.
Ide untuk melombakan pembacaan Al-Qur'an itu sebenarnya sudah ada sejak tahun 1938. Saat itu Ali Umar memimpin madrasah namun ditentang ulama lainnya.
"Karena kecintaan beliau terhadap Al-Qur'an, ia berinisiatif membuat perlombaan. Tapi tak berjalan mulus dan sempat ditentang karena lomba dianggap haram saat itu. Sampai sampai sekolah yang dibukanya ditutup karena tidak didukung masyarakat," kata dia.
Ditentang, Ali Umar tak surut semangat. Dikutip dari buku yang disusun Nahar Alang Abd Gani, dia kemudian mendirikan sebuah organisasi bernama Persatuan Agama Islam (PAI) pada tahun 1940. Kemudian pergi ke Kota Medan pada tahun 1946 sebagai pimpinan organisasi menghadiri konferensi Masyumi, salah satu organisasi agama Islam terbesar saat itu.
"Sepulang dari konferensi itu, Ali Umar kembali ke kampung halamannya. Dibuatlah rapat lagi melalui organisasi PAI untuk mengisi kemerdekaan ini akan dilaksanakan peringatan Maulid Nabi dan perlombaan membaca Al-Qur'an," sebutnya.
Gagasan kedua untuk melombakan pembacaan Al-Qur'an itu ternyata mendapat persetujuan dari salah seorang ulama berpengaruh saat itu, yakni Tahir Abdullah. Sebagai bentuk dukungan, ia sendiri yang menjadi sebagai dewan hakim (juri) perlombaan.
"Jadi lokasinya bukan di Masjid ini. Perlombaan MTQ dibuat di sekolah Ali Umar dulu, di kampung ini yang sekarang namanya desa Pondok Bungur," kata Jafar.
Dikutip dari buku tersebut, lomba membaca Al-Qur'an itu diikuti oleh 20 orang peserta utusan dari 10 kampung. Kegiatan ini hanya berlangsung dua kali selama dua tahun berturut turut hingga akhirnya berkembang ke berbagai daerah hingga sampai saat ini.
Melihat Sisi Masjid MTQ 1946
Pelaksanaan perlombaan membaca Al-Qur'an yang pertama kali digelar pada tahun 1946 saat itu, melahirkan juara dari warga kampung setempat. Untuk kategori putra atas nama Nurdin dan putri atas nama Safira.
Pada awal tahun 1990-an ada keinginan dari Nurdin, selaku pemenang MTQ pertama untuk meninggalkan bekas ataupun tanda bahwa di kampungnya pertama kali pernah dilaksanakan perlombaan membaca Al-Qur'an.
"Waktu itu beliau masih ada, jadi dibikinlah rapat. Sekitar awal tahun 90-an digagas oleh Pak Nurdin ini dalam rapat saat itu mengusulkan dibangun monumen untuk memperingati MTQ tahun 1946 itu," kata Jafar.
Usulan pembangunan monumen disetujui oleh seluruh peserta rapat, termasuk Muhammad Ali Umar. Namun karena tak memiliki biaya, mereka kemudian sepakat mengganti nama sebuah masjid yang ada di kampung itu dari Masjid Taqwa menjadi Masjid MTQ 1946.
"Jadi monumennya Masjid MTQ 1946 ini. Mula dibangun tahun 1970-an kemudian berubah nama di tahun 1990-an," kata dia.
Meski masuk dalam kategori bangunan tua, Masjid MTQ 1946 ini tetap berdiri kokoh dan beberapa kali mengalami renovasi tanpa mengurangi struktur pondasi bangunan awal.
Sebelum masuk tiba ke teras Masjid, jamaah akan disambut gerbang gapura bertuliskan Masjid MTQ 1946. Terdapat sebuah menara masjid dengan tinggi belasan meter di bagian luarnya.
Sepintas bangunan sama seperti bangunan masjid kebanyakan pada umumnya. Namun nilai sejarahnya yang belum banyak diketahui orang menjadikan masjid ini simbol kebanggaan masyarakat kampung Pondok Bungur sebagai lokasi pertama kali digelarnya MTQ di tahun 1946.
Simak Video "Video Jeroan Masjid Jawa di Thailand yang Didirikan Mertua Ahmad Dahlan"
(msl/msl)