Bukan Monkey Forest, Ini Alas Kedaton di Tabanan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bukan Monkey Forest, Ini Alas Kedaton di Tabanan

Abrur - detikTravel
Minggu, 10 Apr 2022 13:20 WIB
Obyek Wisata Alas Kedaton
Alas Kedaton (Abrur)
Tabanan -

Monkey Forest menjadi salah satu ikon dari Ubud Bali. Sama-sama dihuni kera, inilah hutan lindung di Tabanan.

Namanya Alas Kedaton, hutan lindung di Tabanan Bali. Obyek wisata ini terletak di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.

Menjadi kawasan hutan lindung, Alas Kedaton memiliki luas 12 hektar. Yang paling menarik, hutan ini dihuni lebih dari 2.000 ekor kera.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang ini diperkirakan ada 2.500 ekor kera," jelas Bendesa Adat Kukuh, I Gusti Ngurah Artha Wijaya, Selasa (5/4).

Pengelolaan obyek wisata ini memang berada di bawah Desa Adat Kukuh. Pengunjung di tempat ini bisa menyaksikan tingkah hewan primata tersebut dari jarak dekat. Bahkan bila ditemani pemandu, pengunjung bisa berkesempatan untuk memberi makan secara langsung. Ribuan ekor kera ini telah menghuni hutan atau Alas Kedaton sejak dulu.

ADVERTISEMENT

Menurut Artha Wijaya, semula jumlah kawanan kera di Alas Kedaton tidak sebanyak sekarang.

"Sejak awal hutan ini sudah dihuni kera-kera tersebut. Semula tidak sejinak sekarang. Namun karena terus diberi makan dan tempatnya berkembang menjadi tempat wisata, kera-kera tersebut sekarang ini relatif lebih jinak," jelasnya.

Kawanan kera yang menghuni Alas Kedaton dulunya diduga terbagi ke dalam tiga kelompok. Pertama, kelompok yang ada di depan Pura Dalem Kahyangan Kedaton. Kedua, di dekat areal hutan yang diyakini sebagai kuburan kera. Serta kelompok ketiga di belakang kawasan hutan. "Sekarang ini sudah menyebar," sambung Artha.

Selain bisa menyaksikan kera secara dekat, pada hari tertentu yakni pada Selasa Kliwon Wuku Medangsia atau yang di Bali lebih dikenal dengan istilah Anggara Kasih Medangsia, pengunjung bisa menyaksikan jalannya upacara piodalan di Pura Dalem Kahyangan Kedaton.Tempat suci ini juga menjadi cagar budaya yang dilindungi.

Dalam prosesi upacara tersebut warga Desa Adat Kukuh yang terdiri dari 12 banjar adat akan menjalankan proses persembahyangan pada sore hari.

"Ada yang menarik dari pelaksanaan upacara piodalan di Pura Dalem Kahyangan Kedaton. Karena proses upacaranya harus selesai pukul 18.00 WITA. Tidak seperti piodalan di kebanyakan pura lainnya," jelasnya.

Selain itu, sambungnya, upacara tersebut akan diakhiri dengan tradisi Ngerebeg. Ritual ini dilakukan sebagai bentuk suka cita para warga Desa Adat Kukuh karena telah tuntas menjalankan upacara.

"Ngerebeg itu dimaknai sebagai gereget. Suka cita yang mendalam. Karena telah selesai menjalankan upacara dari pagi sampai batas akhirnya pukul enam sore," sambungnya.

Dalam Ngerebeg, warga desa adat baik yang anak-anak hingga dewasa akan meluapkan suka citanya dengan berkeliling pura sebanyak tiga kali. Mereka akan berlarian tedung (payung), kober (bendera panjang), atau sarana upacara lainnya yang ada di pura. "Kalau tedung atau kober sudah tidak ada, mereka akan membawa ranting atau dahan pohon untuk dibawa keliling pura sampai tiga kali," pungkasnya.

***

Artikel ini sudah tayang di detik Bali, berita selengkapnya klik di sini.




(bnl/bnl)

Hide Ads