Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Jumat, 19 Agu 2022 16:42 WIB

DOMESTIC DESTINATIONS

Suku Buton, Asal dari Baju Adat yang Dikenakan Jokowi di Upacara HUT RI

Edward Ridwan
detikTravel
Jokowi dan Iriana Saat Upacara HUT ke-77 RI Memakai Baju Adat Buton
Presiden Jokowi kenakan pakaian adat khas Buton. Foto: (Muchlis Jr-Biro Pers Sekretariat Presiden)
Buton -

Saat menghadiri upacara HUT RI ke-77, Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat Dolomani khas Suku Buton. Mari berkenalan dengan Suku Buton di sini.

Ketika menghadiri upacara peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, para pejabat pemerintahan biasanya mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah. Pada upacara Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tahun ini, Presiden Joko Widodo menggunakan baju adat Dolomani khas Suku Buton.

Suku Buton merupakan kelompok etnis yang menghuni wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Kepulauan Buton. Tak hanya di situ, masyarakat suku Buton juga tersebar di beberapa wilayah lain seperti Maluku Utara, Kalimantan, Riau, dan Papua.

Ibu kota Kepulauan Buton adalah Bau-bau. Kepulauan ini memiliki 255.712 penduduk.

Dikisahkan bahwa nenek moyang Suku Buton termasuk ke dalam ras Deutro Melayu. Mereka menyebar dari daratan Asia hingga ke Asia Tenggara Kepulauan. Sejarah mengenai Suku Buton ini tertuang dalam buku 'Kerajaan Tradisional Sulawesi Tenggara: Kesultanan Buton' yang diterbitkan oleh Depdikbud RI.

Selain kisah yang tertuang dalam buku, masyarakat setempat juga memiliki kisahnya sendiri mengenai asal usul suku mereka. Diceritakan bahwa penduduk Kesultanan Buton merupakan turunan dari empat tokoh pertama yang datang ke Pulau Buton.

Mereka tiba di Buton pada abad 13 dan berasal dari Semenanjung Johor, Malaka. Masyarakat setempat menyebutkan bahwa keempat tokoh tersebut bernama Sipanjonga, Sitamanajo, Sijawangkati, dan Simalui.

Konon keempat tokoh pendiri Kesultanan Buton ini mendirikan pemukiman pertama di daerah Kampa, Desa Katobengke, Bau-bau. Mereka membuka lahan tempat tinggal dengan cara membabat ilalang.

Pekerjaan membabat ilalang ini disebut dengan 'Welia' yang berubah menjadi Wolio. Nama ini kemudian berkembang menjadi sebutan bagi penduduk daerah tersebut. Hingga pada suatu masa nama kerajaan pun menjadi Kerajaan Buton-Wolio.

Kemudian dikisahkan bahwa kerajaan ini bergabung dengan Kerajaan Tobe-tobe yang berlokasi di wilayah timur. Kedua kerajaan terus berkembang hingga menghasilkan banyak pemukiman baru. Pemukiman-pemukiman ini dikenal dengan Kampung Gundu-gundu dan Barangkatopa.

Kerajaan Buton terus mengalami perkembangan dan wilayahnya semakin meluas. Pemukiman-pemukiman baru terus berdiri hingga akhirnya terdapat sembilan pemukiman. Di Suku Buton, para pemimpin pemukiman atau kampung ini disebut dengan bonto atau menteri. Selanjutnya mereka dikenal sebagai siolimbona yang artinya sembilan menteri utama.

Perkembangan wilayah ini kemudian berjalan beriringan dengan perkembangan bahasa. Dilansir dari laman Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara, Suku Buton memiliki bahasa dan dialek yang berbeda di tiap daerahnya.

Beberapa bahasa daerah tersebut di antaranya yaitu:

  • Wolio
  • Cia-Cia
  • Pancana
  • Kulisusu
  • Busoa
  • Kaimbulawa
  • Kamaru
  • Binongko
  • Wanci
  • Kaledupa
  • Tomia

Artikel ini telah tayang di detikSulsel. Baca selengkapnya di sini.



Simak Video "Melihat Antusiasme Warga Kulon Progo Pasang Seribu Lampu untuk HUT RI"
[Gambas:Video 20detik]
(ysn/ysn)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA