DOMESTIC DESTINATIONS
Mengenal Bung Kupu'ak, Kampung Adat Suku Dayak Bidayuh di Ujung Negeri

Bung Kupu'ak merupakan kampung adat tua suku Dayak Bidayuh yang ada di Jagoi Babang, salah satu kecamatan di Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Momen paling tepat untuk mengunjungi kampung wisata budaya ini ialah saat gawai yang digelar setiap 1-3 Juni setiap tahunnya.
Gawai merupakan ritual adat pascapanen sebagai ungkapan rasa syukur kepada leluhur. Ritual ini biasanya mengundang banyak undangan, seperti suku dayak bidayuh yang serumpun dari Malaysia hingga wisatawan mancanegara.
Kepala Dusun Jagoi, Libik menjelaskan Kampung Adat Bung Kupuak merupakan kampung tua di Jagoi Babang dan diyakini didirikan oleh tetua yang berasal dari Malaysia.
"Awalnya mereka berpindah dan menemukan tempat ini (Jagoi Babang), mereka menemukan dari suara burung dan semut bahwa tempat ini cocok untuk dijadikan sebagai perkampungan. Sudah berusia 182 tahun. Sudah 1 abad lebih. Terdiri dari 2 desa, Desa Jagoi dan Desa Sekida. Mereka berasal dari Malaysia," ujarnya kepada detikcom belum lama ini.
![]() |
"Setelah mereka cocok (lokasi dijadikan perkampungan), jadi tahun ke tahun mereka berdomisili di sini, mereka membuat rumah adat, membuat gawai. Setelah panen padi terkumpulah tetua di sini, menanyakan hasil padi, ikan, berburu, buat syukuran kita buatkan rumah adat di sini. Hingga saat ini gawai tetap diadakan di Bung Kupuak ini," imbuhnya.
Di Kampung Bung Kupu'ak ini, ada kawasan rumah adat yang menjadi lokasi digelarnya ritual gawai. Menurut Libik, rumah adat yang ada di Kampung Adat pemenang Anugerah Pesona Indonesia dari Kemenparekraf ini memiliki ciri yang sama dengan yang ada di Malaysia.
Bahkan ada tempat kecil di sekitar rumah adat yang menyimpan setengah tengkorak yang diyakini berasal dari kepala tetua Dayak Bidayuh yang ada di Malaysia. Adapun setengahnya lagi diyakini berada di Malaysia. Tempat setengah kepala manusia ini dianggap keramat oleh masyarkat setempat.
"Kalau untuk acara gawai tetap dilaksanakan setiap tanggal 1 Juni sampai 3 Juni diadakan di Bung Kupuak," kata Libik.
Khusus di Jagoi Babang, lanjutnya, pada hari pertama perayaan gawai biasanya para tetua akan memberikan sesajen di rumah kecil yang terdapat di Bung Kupu'ak. Rumah kecil yang terdapat di daerah tersebut tergolong tempat sakral karena menyimpan sejumlah benda peninggalan leluhur seperti kepala setengah tengkorak manusia, tanduk rusa, batu katak, dan lainnya.
![]() |
"Rumah kecil yang ada tengkorak. Tempat kami menyimpan sesajen. Itu kan ada tanduk rusa, ada katak yang berubah jadi batu yang ditemukan oleh mantan kepala adat," kata Libik.
Libik mengatakan ketika proses ritual di rumah kecil berlangsung, mereka yang berada di sekitar area tersebut dan cenderung tidak memiliki ilmu yang 'kuat' diminta untuk tidak melakukan aktivitas. Sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kalau di sini saat orang bikin ritual di rumah kecil, masyarakat pun tidak boleh mendekati nggak boleh macem-macem. Bahkan saat menjalankan ritual (aktivitas) perusahaan (sawit) pun kami stop jangan lewat (area yang dilakukan ritual adat). Kalau mau lewat nanti siang. Kalau mau macam-macam dan terjadi apa-apa silahkan lewat," kata Libik.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Budaya Bengkayang, Heru Pujiono menjelaskan ritual adat yang digelar di Bung Kupuak bernama Gawia Sowa dan rutin dilakukan setiap tahun. Bahkan beberapa kali mengundang saudara serumpunnya.
"Kalau Gawia Sowa yang di Jagoi Babang karena merupakan satu kegiatan yang serumpun dengan Dayak Bidayuh yang ada di Malaysia, biasanya mereka dalam kurun waktu 5 tahunan ada secara bersama, mungkin di Bengkayang ini tahun depan gawai serumpun, hadir nanti dari Serawak, Kuching, Brunei Darussalam," ujarnya.
![]() |
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!
Simak Video "Melihat Cara Kampung Adat Ciptagelar Pertahankan Tradisi"
[Gambas:Video 20detik]
(ncm/ega)