Ketika Raja Rokok Diabadikan Jadi Nama Jalan di Kudus, Kok Bisa?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ketika Raja Rokok Diabadikan Jadi Nama Jalan di Kudus, Kok Bisa?

Dian Utoro Aji - detikTravel
Minggu, 09 Okt 2022 18:15 WIB
Koleksi Raja Kretek Nitisemito yang ada di Museum Kretek Kudus, Selasa (27/9/2022).
Foto: Jalan Nitisemito di Kudus (Dian Utoro Aji/detikJateng)
Kudus -

Raja Kretek, Nitisemito akhirnya diabadikan menjadi nama salah satu jalan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Bagaimana kisah hidup juragan rokok ini? Mari simak

Jalan Nitisemito berada di jalan kawasan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kudus. Nitisemito merupakan raja kretek kondang yang mengalami masa kejayaan pada zaman kolonial Belanda.

Plang Jalan Nitisemito sudah tampak dari kejauhan sebelum memasuki jalan kawasan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kudus. Arus lalu lintas di jalan tersebut tampak padat pada Selasa (27/9/2022) siang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nitisemito sampai sekarang masih dikenang oleh masyarakat Kudus. Di Museum Kretek Kudus, kamu bisa membaca riwayat hidupnya.

Nitisemito lahir di Desa Janggalan Kabupaten Kudus pada 1874 dengan nama kecil Rusdi. Setelah menikah, Rusdi menggunakan nama panggilan Nitisemito. Dia merupakan putra dari Haji Soelaeman dan ibunya bernama Markanah. Ayahnya Haji Soelaeman saat itu menjabat sebagai lurah.

ADVERTISEMENT

Pada usia 17 tahun, Nitisemito merantau ke Kota Malang. Di sana dia bekerja sebagai buruh jahit. Nitisemito kemudian perlahan menapaki kehidupan sebagai pengusaha pakaian jadi. Namun, usahanya itu akhirnya kandas.

Lalu Nitisemito pulang ke Kudus dan menjadi pedagang kerbau serta memproduksi minyak kelapa. Lagi-lagi usahanya gagal. Dia kemudian menjadi kusir dokar sambil berjualan tembakau.

Usia 31 tahun, Nitisemito menikah dengan Nasilah. Bersama istrinya, Nitisemito mencoba peruntungan dengan membuat rokok kretek. Awalnya produksi rokok kretek itu mereka kerjakan sendiri, mulai dari melinting hingga menjualnya.

Rokok kretek buatan Nitisemito terdiri dari campuran tembakau, cengkeh, dan saos. Kretek itu dibungkus kulit jagung kering dan diikat dengan benang atau serat berwarna merah, hijau, atau warna lainnya.

Usaha Nitisemito mencapai puncaknya pada 1914. Untuk meningkatkan usahanya, dia membangun lagi pabrik baru seluas 6 hektare di Desa Jati, Kudus.

Adapun jumlah karyawan mencapai 15 ribu orang. Daerah pemasarannya mencakup Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan bahkan ke Belanda.


----

Artikel ini telah naik di detikJateng dan bisa dibaca selengkapnya di sini.




(wsw/wsw)

Hide Ads