Kisah Warga Enrekang yang Punya Tradisi Berburu Katak Besar dan Memakannya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Warga Enrekang yang Punya Tradisi Berburu Katak Besar dan Memakannya

Rachmat Ariadi - detikTravel
Minggu, 09 Okt 2022 19:40 WIB
Warsga Desa Kadingeh, Kabupaten Enrekang, menangkap Todan untuk dikonsumsi.
Foto: Warga Enrekang dan katak raksasa (Rachmat Aradi/detikSulsel)
Enrekang -

Warga Desa Kadingeh, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) memiliki tradisi unik, yakni berburu dan mengonsumsi katak besar.

Katak besar dalam bahasa lokal disebut Todan. Menurut mereka, Todan memiliki rasa yang lebih nikmat dari daging ayam.

Todan merupakan salah satu spesies katak yang berukuran besar yang hidup di daerah yang memiliki hutan primer. Desa Kadingeh menjadi daerah habitat dari Todan di Sulsel. Biasanya Todan dijumpai di dalam hutan dan pinggir sungai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengonsumsi Todan sudah dilakukan secara turun temurun oleh suku Duri di Desa Kadingeh. Menurut Umar, bobotnya yang besar hingga memiliki bobot 1,5 Kg membuat daging Todan lebih empuk dibanding daging ayam.

Seringkali warga Desa setempat menyantap Todan dengan cara dipanggang atau digoreng. Bahkan, saat ini daging Todan juga kerap diolah secara modern seperti kentucky.

ADVERTISEMENT

"Ini tradisi sebenarnya yang masih kami pertahankan, sudah ada sejak leluhur kami. Dagingnya lembut dan empuk mirip daging ayam. Nah biasanya itu kami masak, panggang atau goreng. Sekarang kan sudah moderen jadi biasanya kami jadikan Kentucky Todan," jelas Kepala Desa Kadingeh, Umar.

Umar mengatakan daging Todan sangat berkhasiat bagi pertumbuhan anak. Selain itu juga berkhasiat sebagai obat kuat bagi kaum pria.

"Sampai sekarang itu, kalau ada warga yang lihat anaknya kurus terus tidak mau makan, itu langsung diberikan daging Todan. Nah, untuk laki-laki ini juga obat kuat, itu langsung berkhasiat. Boleh dicoba," kata Umar.

Tradisi Berburu Todan

Menjadi bahan makanan yang lumrah, memburu atau menangkap Todan juga menjadi salah satu tradisi dari masyarakat Kadingeh. Untuk menjaga populasinya, warga Desa Kadingeh juga mengembangbiakan Todan tetapi tetap di habitat aslinya.

Metodan atau kegiatan menangkap katak berukuran besar dilakukan warga Desa secara berkelompok. Ketika musim panen, mereka masuk hutan dan menyusuri pinggiran sungai untuk melakukan Metodan di malam hari.

Untuk berburu Todan warga hanya berbekal alat penerangan serta tangan kosong. Cara menangkap Todan pun butuh keahlian sendiri, tubuhnya yang sangat licin membuat sangat mudah lepas saat ditangkap.

Umar mengatakan, alasan warga memburu Todan di malam hari karenakan di waktu tersebut Todan melakukan aktivitas untuk mencari makan. Todan, kata dia, biasanya memakan serangga, ikan kecil, dan kepiting yang berada di sungai.

"Biasanya warga Desa sampai menginap di pinggir sungai untuk mencari Todan. Makanya, sebelum berangkat itu semuanya harus disiapkan. Setelah dapat, katak besar itu langsung dikonsumsi di tempat, lebih nikmat," tutupnya.


----

Artikel ini telah naik di detikSulsel dan bisa dibaca selengkapnya di sini.




(wsw/wsw)

Hide Ads