DOMESTIC DESTINATIONS
Tradisi Pulau Sembilan Sinjai, Tak Ada Penduduk Pria saat Musim Melaut

Pulau Sembilan, Sinjai, Sulawesi Selatan (Sulsel) memiliki tradisi yang unik, yakni tidak ada penduduk pria dewasa di pulau saat musim melaut. Kondisi ini bisa berlangsung 5-6 bulan.
Hal ini lantaran, warga Pulau Sembilan memiliki mata pencarian sebagai nelayan. Setiap musim melaut semua pria dewasa akan berangkat melaut tanpa terkecuali.
"Ada tradisi warga di sini seluruh laki-laki merantau setiap bulan April. Mereka semua berangkat mencari ikan di Pulau Jawa, NTB, NTT, Maluku, ada juga ke Irian," kata Kepala Desa Buhung Pitue, Arifuddin saat ditemui detikSulsel Rabu (26/10/2022).
Para nelayan baru akan kembali setiap bulan September atau Oktober. Ada lebih 100 kapal pencari ikan di pulau ini. Namun para warga Pulau Sembilan Sinjai ini tidak kembali ke kampung membawa ikan. Hasil tangkapan akan langsung dijual ke Lombok atau Kupang.
"Langsung dijual di Lombok, Bali, atau di Kupang. Di mana mereka berlabuh di sana juga semua najual tangkapannya. Nanti baru ada keluarganya kawin atau ada acara besar baru mereka pulang," bebernya.
![]() |
Arifuddin menambahkan, pendapatan terendah warga Pulau Sembilan Sinjai setelah melaut di kisaran Rp 10 juta per orang. Sementara jika banyak tangkapannya biasa pendapatan mencapai Rp 20 juta per orang.
Ia menambahkan, pelaut muda biasanya langsung menggunakan uangnya untuk berlibur ke Bali sebelum pulang dari melaut. Berbeda dengan yang telah berkeluarga yang akan membawa pulang hasil penjualan untuk keluarga.
"Kalau anak muda itu langsung habis semua hasil melautnya. Biar pembeli silet juga tidak ada kalau pulang mi, karena napakai (dia pakai) foya-foya di Bali. Kadang tutup 1 kafe. Kalau yang punya keluarga pasti nabawakan (dia bawakan) untuk anak istrinya," jelasnya.
"Kalau mereka pulang dari melaut akan tinggal di pulau untuk buat rompong atau tempat pemancingan ikan," sambungnya.
Sementara Camat Pulau Sembilan, Baharuddin Jufri menambahkan, pekerjaan lain di Pulau Sembilan adalah petani rumput laut.
"Sekali panen rumput laut itu mereka bisa dapat 1,5 ton dengan harga Rp 10 ribu per kg. Itu harga rumput laut yang kering," ucapnya.
Baharuddin menuturkan, para buruh tani rumput laut diberikan upah pekerja Rp 4.000 per meter. Mereka bekerja penuh dalam satu hari.
"Panjang yang dikerjakan itu 20 meter per orangnya. Jadi upahnya sehari Rp 80 ribu per orang. Ada yang punya pekerja 8 orang, ada juga yang pekerjanya 6 orang. Namun yang diberdayakan adalah tetangganya semua di sini. Semua pulau begitu, apalagi sekarang lagi musimnya," jelasnya.
---
Artikel ini telah tayang di detikSulsel.
Simak Video "ASN yang Tendang Motor Wanita Hingga Jatuh Diamankan Polisi!"
[Gambas:Video 20detik]
(sym/sym)