Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Minggu, 11 Des 2022 23:01 WIB

DOMESTIC DESTINATIONS

Rumah di Bali Ini Usianya Sudah 200 Tahun, Begini Kondisinya Sekarang

Rumah tradisional Bali berusia ratusan tahun milik warga kini dikelola kelompok pegiat wisata di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung, Bali.
Foto: Rumah tradisional Bali berusia ratusan tahun
Badung -

Di Desa Sangeh, Bali berdiri sebuah rumah kuno yang konon usianya sudah 200 tahun. Begini kondisi terkini rumah yang berkonstruksi bahan alami itu.

Rumah kuno itu masih bisa dijumpai di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali. Lokasinya dinamai Pondok Jaka, sebuah kawasan wisata outbound yang dikembangkan oleh kelompok warga Sangeh sejak 2015.

Rumah Bali kuno ini disebut-sebut sebagai peninggalan salah satu keluarga di Sangeh dan sudah berdiri sejak hampir 200 tahun silam. Begitu ditinggalkan pemiliknya, rumah itu kemudian dikelola, bersamaan dengan pengembangan wisata outbound di sekitarnya.

"Kami bersama kelompok di STA patungan untuk lakukan penataan mulai 2015. Pemilik rumah sudah izinkan untuk kami kelola sekaligus kami yang pelihara. Rumah di Pondok Jaka ini mulai booming 2019," tutur pengelola Pondok Jaka Ida Bagus Dipayana, Minggu (11/12/2022).

Menurut Dipayana, rumah tradisional Bali yang ada di Pondok Jaka dulunya dihuni dua generasi warga Desa Sangeh. Namun keturunannya tidak melanjutkan tinggal di sana karena menikah ke luar desa.

Rumah itu kemudian diwariskan kepada Nyoman Merta Rinawan, yang juga generasi terakhir keluarga itu. Hanya saja ia dan keluarga juga memilih tinggal di pusat desa sehingga kosong sejak 30 tahun lalu.

Rumah tradisional Bali berusia ratusan tahun milik warga kini dikelola kelompok pegiat wisata di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung, Bali.Rumah tradisional Bali berusia ratusan tahun Foto: Agus Eka Purna Negara/detikBali

Daripada tidak terurus, pewaris rumah menyerahkan kepada kelompok warga yang tergabung dalam wadah Sangeh Traditional Activity (STA). Rumah kuno itu kemudian dikelola bersamaan dengan pengembangan unit usaha di sekitarnya. Di antaranya tempat kemah, warung makan, dan outbound.

Di sana, pengunjung bisa melihat suasana Bali tempo dulu dari rumah tua yang jarang ditemui di beberapa tempat. Pengunjung yang berusia lansia juga mengaku punya kenangan tersendiri saat masuk area rumah.

Halaman rumah yang masih dihiasi batu kali yang ditumbuhi rumput tipis-tipis, makin memperkuat suasana Bali tempo dulu. Di sana juga masih tampak polpolan tanah sebagai plesteran dinding cetakan tanah liat, serta lantai yang masih berupa tanah.

Ada empat bangunan dalam satu area. Bangunan inti berada di sebelah utara atau bale daja yang dimanfaatkan sebagai tempat tidur keluarga. Kemudian bale dangin di sebelah timur untuk aktivitas keagamaan sekaligus tempat menyiapkan bahan upacara.

Di sebelah selatan berdiri dapur dengan beberapa tungku tanah lengkap dengan kayu bakar, dan beberapa peralatan makan tradisional. Salah satu yang masih dilihat ada kau atau batok kelapa sebagai piring. Balai sebelah barat atau bale dauh untuk menaruh alat-alat pertanian.

Di sini juga masih ditemukan peralatan pertanian tradisional. Ada tengala atau alat membajak tanah sebelum ditanami padi. Ada juga kisa atau tas untuk menaruh ayam aduan, guwungan atau kandang ayam, lesung untuk menumbuk padi dan sepeda ontel peninggalan pemilik rumah.

Mantan Bendesa Adat Sangeh ini mengakui, awalnya hanya satu rumah inti atau di balai sebelah utara yang seluruh bagiannya masih utuh. Meski hanya berbahan dasar tanah yang dicampur dengan kotoran sapi sebagai perekat, namun konstruksinya masih kuat.

Beberapa sisinya juga ditambahi gedek atau anyaman bambu untuk perkuat konstruksi dalam dinding. Sementara sisanya sudah mengalami perbaikan karena rusak. Tapi beberapa bagian bale masih asli. Seperti tulang dinding, rangka atap dan pondasi.

Keberadaan rumah asli Bali berusia ratusan tahun ini jadi daya tarik tersendiri. Kerap dipakai untuk keperluan dokumentasi seperti film pendek, konten video hiburan, dan prewedding. Sementara pengunjung hanya dikenai donasi sukarela. Namun untuk dokumentasi, pengelola memungut tarif Rp 200 ribu untuk foto dan Rp 500 ribu untuk pengambilan video.

Kunjungan di Pondok Jaka juga terbilang stabil mencapai puluhan orang per hari dan ratusan di hari-hari tertentu seperti akhir pekan dan musim liburan. Selain untuk datang melihat-lihat rumah kuno, pengunjung datang untuk rekreasi di wahana outbound.


-----

Artikel ini telah naik di detikBali dan bisa dibaca selengkapnya di sini.



Simak Video " Menaksir Harga Rumah Mewah Ibu Eny di Jaktim"
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA
detik Pagi
×
Live Chat Klik Di Sini
Live Chat Klik Di Sini Selengkapnya