Tentang Kuburan Terbuka Desa Terunyan Bali dan Legendanya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tentang Kuburan Terbuka Desa Terunyan Bali dan Legendanya

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Kamis, 05 Jan 2023 18:17 WIB
Desa Terunyan atau Trunyan Bali
Kuburan terbuka di Desa Terunyan atau Trunyan Bali (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Bangli, Bali -

Kuburan terbuka di Desa Terunyan atau Trunyan Bali jadi destinasi anti-mainstream yang dianggap paling seram. Di sini, traveler bisa melihat jasad-jasad yang diletakkan di atas tanah.

Terunyan adalah nama desa di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Jika ingin berkunjung, Anda bisa datang ke sebelah timur tepi Danau Batur.

Desa ini memiliki hawa yang sejuk dan pemandangan desa agraris. Suhu di Desa Terunyan bisa mencapai rata-rata 17 derajat Celcius, bahkan bisa turun hingga 12 derajat Celcius. Jadi, jangan lupa membawa baju tebal ya saat berlibur di tempat ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Desa Terunyan atau Trunyan BaliKuburan terbuka Desa Terunyan Bali (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

3 jenis kuburan di Desa Terunyan Bali

Desa Terunyan memiliki tiga jenis kuburan. Masing-masing kuburan diperuntukkan tiga jenis kematian yang berbeda. Seseorang yang meninggal secara wajar, jenazahnya akan ditutup dengan kain putih, disiapkan upacara, dan diletakkan tanpa dikubur di bawah pohon taru menyan.

ADVERTISEMENT

Nama tempat peletakan jenazah ini adalah Sema Wayah. Cara pemakaman tanpa menguburnya dikenal dengan sebutan mepasah. Jadi, jenazah hanya diletakkan di atas tanah dan dibiarkan di udara terbuka.

Untuk orang yang meninggal karena hal yang dianggap tak wajar, seperti dibunuh dan bunuh diri, maka jenazahnya akan diletakkan di lokasi yang bernama Sema Bantas.

Di Sema Bantas, penguburan dilakukan dengan penguburan atau dikebumikan. Biasanya ini dilakukan pada orang yang memiliki cacat tubuh, seperti dibunuh, bunuh diri, atau kecelakaan. Untuk anak kecil yang gigi susunya belum tanggal juga dikenakan penguburan ini.

Selain Sema Wayah dan Sema Bantas, ada lagi tempat yang bernama Sema Muda. Tempat ini adalah tempat khusus untuk mengubur bayi dan anak kecil, atau warga dewasa tetapi belum menikah. Teknik pemakamannya bisa mepasah atau pun penguburan.

Desa Terunyan atau Trunyan BaliGerbang kuburan terbuka di Desa Terunyan atau Trunyan Bali (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

Legenda kuburan terbuka Desa Terunyan Bali

I Wayan Asli, seorang warga Desa Terunyan, tahu betul seluk-beluk kuburan ini, dari legenda sampai tradisinya. Sambil berkeliling melihat tengkorak yang 'tercecer' di sana-sini, pria bertubuh kekar itu bercerita.

"Legendanya, ada 4 bersaudara dari Keraton Surakarta yang terhipnotis wangi Taru Menyan," katanya sambil menunjuk pohon raksasa dengan akar yang menjulur ke segala arah. Taru Menyan adalah asal nama kata 'Trunyan', berarti 'pohon wangi'.

Empat bersaudara itu terdiri dari 3 laki-laki dan si bungsu perempuan. Mereka melintasi Tanah Jawa, kemudian Selat Sunda untuk mencari asal muasal wangi semerbak itu. Singkat cerita, setibanya di Trunyan, sang kakak sulung jatuh cinta kepada sang Dewi penunggu pohon tersebut.

"Sudah direstui semua saudaranya, mereka nikah. Terunyan jadi sebuah kerajaan kecil. Pohon besarnya masih mengeluarkan wangi. Sampai akhirnya, sang Raja memerintahkan warga untuk menghapus wangi itu agar terlindung dari serangan luar. Biar nggak ada lagi yang terhipnotis wanginya," lanjut I Wayan.

Desa Terunyan atau Trunyan BaliKuburan terbuka Desa Terunyan atau Trunyan Bali (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

Kami berjalan menuju 'ancak saji', anyaman bambu berbentuk segitiga sama kaki. Di sinilah jenazah diletakkan begitu saja. Di sekitarnya terdapat benda-benda peninggalan si jenazah: piring, foto berpigura, sapu tangan, baju dan perhiasan.

Sedikit mengintip ke dalam 'ancak saji', saya melihat potongan tulang dan tengkorak. Ada pula yang tinggal rambutnya saja.

"Inilah yang diperintahkan sang Raja waktu itu. Untuk menghilangkan bau semerbak, jenazah orang Terunyan dibiarkan saja membusuk di tanah sini. Nggak tercium bau apa-apa kan? Bau harum dan busuk konon sudah menyatu di sini," bisik I Wayan.

Legenda tersebut berbuah tradisi. Sampai sekarang, jenazah masyarakat Desa Terunyan masih dibiarkan saja di atas tanah. Tapi tak sembarang mayat bisa dikuburkan dengan cara ini. Kata I Wayan, mayatnya harus utuh dan meninggal secara normal. Tak ada luka seperti mayat kecelakaan.

"Layak atau tidaknya juga ditentukan baik atau buruknya orang itu semasa hidup. Waktu mengantar jenazah, nggak boleh ada wanita yang ikut dalam rombongan. Kalau peraturan ini dilanggar, bisa-bisa desa tempat tinggal wanita itu ditimpa bencana," tuturnya.

Jumlah kuburan yang tertutup 'ancak saji' hanya 11. Kalau ada mayat yang dikubur di sini, mayat yang paling pinggir digeser tulang-tulangnya. Hasilnya, deretan tengkorak dan tulang pun berceceran di kuburan tersebut.




(msl/ddn)

Hide Ads