Ada yang unik di Kaputren, kampung di Desa Putri Dalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Dijuluki sebagai desa TKW, bahasa di seluruh dunia pun berkumpul di sini.
Julukan itu tak lepas dari pekerjaan mayoritas perempuan di kampung tersebut. Mereka merupakan tenaga kerja wanita (TKW) di negara lain.
Data yang diterima detikJabar, sejak tahun 1990-an hingga sekarang, hampir 60 persen perempuan di kampung tersebut menjadi TKW.
"Kalau dihitung dari pertama tahun 90-an (sampai sekarang) itu, hampir 60 persen. Cuma kan sekarang, (sebagian) sudah ada yang pulang dan sudah ada yang menetap lagi di sini nggak berangkat lagi ke sana," kata Lurah Kampung Kaputren Yahya kepada detikJabar belum lama ini.
Yahya bilang warga Kaputren yang menjadi TKW saat ini rata-rata menjadi pembantu rumah tangga (PRT). Namun awalnya, warga setempat banyak yang menjadi penjahit di luar negeri.
"Dulu, pertama kali itu ke Saudi Arabia. Di tahun 90-an itu belum ada yang namanya PRT (Pekerjaan Rumah Tangga), waktu itu kan yang dibutuhkannya yang bisa menjahit awalnya," ujar dia.
Faktor ekonomi dan upah jadi alasan warga di kampung tersebut memilih bekerja di luar negeri dibanding di tanah kelahirannya sendiri. Warga yang menjadi TKW, rata-rata berusia 18-35 tahun.
"Mungkin pertama melihat gaji. Kalau dibandingkan sama (pekerjaan di) kita kan sangat jauh, ditambah faktor ekonomi juga," tuturnya.
Awalnya mula warga Kaputren tertarik menjadi pekerja imigran, yaitu pada saat ekonomi di Tanah Air tengah diguncang krisis moneter. Memanfaatkan momentum tersebut warga Kaputren berbondong-bondong bekerja di luar negeri.
"Pas moneter banyak yang kerja ke sana. Karena dolar gede kan. Nah itu juga yang menjadikan TKW sukses mah," kata dia.
Menurut keterangan Yahya, negara yang dijadikan tempat bekerja warga Kaputren adalah Asia dan Timur Tengah. Namun, mayoritas warganya bekerja di negara-negara wilayah Timur Tengah.
"Kebanyakan ke Arab, terus ada yang ke Oman, Kuwait, Qatar, banyak lah yang daerah-daerah Timur Tengah," ujarnya.
"Bahkan sekarang ada yang ikut pelatihan bahasa Jepang, kebetulan di awal-awal bulan ini saya lihat ada lima orang yang berangkat ke Jepang," kata dia lagi.
Banyaknya warga yang bekerja di luar negeri, membuat penduduk di kampung tersebut fasih menggunakan bahasa asing. Yahya mengatakan ada sekitar 11 bahasa asing yang dikuasai warga Kaputren. Mulai dari bahasa negara-negara di Eropa, Asia, hingga Timur Tengah adalah bahasa yang mereka kuasai.
"Bahasa yang dikuasainya itu, yang tadinya (kerja) ke Timur Tengah ya, bahasa Arab. Tapi kan bahasa itu (Arab) beda-beda, walaupun di timur tengah juga. Kebetulan yang tadi di depan itu Ibu Uun, mahir banget bahasa Arabnya," kata Yahya
"Bahasa yang dikuasainya itu ada Arab, Qatar, Kuwait, Inggris, Hongkong, Mandarin, Jepang, Korea, Brunei, Singapura dan Malaysia. Betul, karena mereka pernah kerja di sana," ujarnya.
Para eks TKW di kampung tersebut juga masih menjaga kecakapannya dalam berbahasa asing. Tak jarang eks TKW itu kerap berbicara menggunakan bahasa negara asal tempat mereka bekerja dulu.
Artikel ini sudah tayang di detikJabar.
Simak Video "Video Berwisata ke Situ Ciranca Majalengka"
(fem/ddn)