Indonesia memperingati 80 tahun kemerdekaan dengan semangat persatuan. Generasi muda pun didorong untuk memahami sejarah agar lebih memaknai kemerdekaan.
Kemerdekaan bukan hanya milik satu negara saja, tetapi milik seluruh negara-bangsa di dunia. Konsep ini dikemukakan oleh Benedict Anderson dalam bukunya yang bertajuk Imagined Communities.
Benedict menegaskan Indonesia dipersatukan bukan oleh kesamaan etnis atau agama, melainkan oleh tekad bulat warganya untuk hidup bersama dalam wadah satu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah perjalanan bangsa, mulai dari lahirnya Boedi Oetomo pada 1908, Sumpah Pemuda 1928, hingga Proklamasi 1945, telah menjadi tonggak pembentukan Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara yang berdaulat.
Dengan lebih dari 1.072 etnis suku yang tersebar di 13.667 pulau, Indonesia telah membuktikan bahwa keberagaman adalah kekuatan yang mempersatukan.
"Perjalanan panjang sejarah ini harus menjadi pengingat bagi kita semua bahwa persatuan bukan hadiah, melainkan hasil kerja keras dan komitmen bersama," ujar A. Agus Sriyono, Mantan Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan periode 2016-2020, Rabu (20/8/2025).
Menurut Agus Sriyono, tantangan terbesar saat ini adalah memastikan generasi muda memahami akar sejarah bangsa. Seperti diketahui, anak muda enggan untuk mempelajari sejarah. Bagi mereka, sejarah kurang menarik untuk dipahami.
Padahal, ada banyak sumber untuk belajar tentang sejarah. Museum-museum sekarang sudah berubah wajah menjadi lebih kekinian dan modern, sehingga makin menarik untuk dikunjungi.
Tengok saja Museum Nasional, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Museum Kepresidenan Balai Kirti hingga Museum Kebangkitan Nasional bisa jadi tempat yang asyik untuk lebih memahami sejarah bagi generasi muda.
"Mahasiswa dan pelajar harus menyadari bahwa Pancasila dan kemerdekaan tidak lahir begitu saja. Nilai-nilai toleransi, gotong royong, dan persaudaraan harus terus dipupuk. Nilai-nilai kebangsaan dan kenegaraan ditanamkan melalui Mata Kuliah Wajib Kurikulum seperti di Universitas Prasetiya Mulya, dimana mahasiswa dibina untuk membangun persaudaraan dan toleransi di tengah perbedaan suku, agama, etnis, dan budaya. Hanya dengan cara ini kita bisa menjaga Indonesia tetap kokoh di tengah perbedaan," jelas dia.
Di tengah maraknya kasus intoleransi, menurut Agus, peringatan 80 tahun kemerdekaan harus menjadi momen refleksi nasional untuk memperkuat kembali fondasi negara-bangsa Indonesia.
Saatnya generasi muda sebagai agent of change atau agen perubahan mengisi kemerdekaan dengan aksi kolaborasi nyata untuk merawat keberagaman, menolak intoleransi, dan membangun Indonesia Emas yang damai, serta sejahtera bagi seluruh anak bangsa.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bus Pun Tak Lagi Memutar Musik di Perjalanan
Ogah Bayar Royalti Musik, PO Bus Larang Kru Putar Lagu di Jalan
Hotel di Mataram Kaget Disurati LMKN, Ditagih Royalti Musik dari TV di Kamar