DOMESTIC DESTINATIONS
Saat Hidup Timbun Padi, Lumbung Dibongkar Jika Mati

Kasepuhan Sinar Resmi merupakan desa adat yang kukuh mempertahankan pertanian sebagai mata pencaharian. Mereka hidup dari sawah, serta mempunyai lumbung dan peraturan sakral padi.
Kali ini Road Trip Lintas Banten-Jawa Barat detikcom bersama NEW MG HS singgah di Kasepuhan Sinar Resmi di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Kasepuhan itu teguh menjalankan tradisi dan budaya masih amat kental dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk, yang berkaitan dengan padi.
Setelah panen, warga tidak menjual habis padi. Mereka menyimpannya di lumbung padi. Selain lumbung keluarga, ada pula 'bank padi' atau lumbung komunal.
Baca juga: Unik, Desa Adat Ini Punya 'Bank Padi' |
Panen Setahun Sekali
Penghormatan warga Kasepuhan Sinar Resmi tidak hanya buat padi, tetapi juga untuk lahan tempat menanam padi. Mereka hanya menanam dan panen padi setahun sekali.
Bagi mereka, lahan harus diberi waktu istirahat agar panen selanjutnya tidak menurun. Mereka tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia, tetapi kompos dan memiliki cara mengusir hama secara tradisional.
![]() |
Baca juga: Unik, Desa Adat Ini Punya 'Bank Padi' |
Jika panen tiba, warga desa wajib memberikan 10 persen dari jumlah panen pada lumbung komunal. Setelah itu, ada sumbangan jekat yang nantinya diberikan pada kaum jompo dan tidak mampu.
"Padi di sini tidak boleh diperjualbelikan, hanya untuk konsumsi sendiri dan disuguhkan untuk tamu," kata Abah Asep Nugraha, ketua adat Kasepuhan Sinar Resmi.
Lumbung Padi Keluarga
Tiap keluarga wajib memiliki satu lumbung padi. Tim berkesempatan untuk melihat langsung bagian dalam lumbung. Ini tentu saja jadi bagian paling menarik.
Pintu lumbung berada di bagian atap. Untuk bisa naik, traveler harus naik tangga. Pintunya kecil, tapi dalamnya bikin takjub. Padi tertimbun sampai ke depan pintu.
"Pamali kalau lantai lumbung sampai terlihat," kata dia.
![]() |
Yang menarik lainnya adalah kewajiban membongkar lumbung ketika pemiliknya meninggal. Isi lumbung harus dibagi-bagikan pada warga, ini disebut kiparat.
"Abah baru kemarin ngerasain beras kiparat, usia berasnya 56 tahun, enak juga," kata dia.
Keintiman dengan lumbung juga terlihat dalam nazar. Jika warga memiliki nazar untuk membangun lumbung maka harus dilakukan.
"Misalnya, abah bikin nazar mau bangun lumbung kalau hasilnya 500 pocong (ikat). Kemudian, hasilnya 458, itu sudah dikeluarkan dari kewajiban ke Lueit Sijimat dan jekat. Tetap harus dilakukan, istilahnya dianggap genap 500," ujar dia.
Beda cerita jika hasil panennya hanya 200-300 pocong. Maka nazar untuk pembangunan lumbung bisa ditangguhkan.
Simak Video "Melihat Sakralnya Upacara HUT ke-152 Kabupaten Sukabumi"
[Gambas:Video 20detik]
(bnl/fem)