Salah satu destinasi wisata religi di Kota Bandar Lampung adalah Vihara Thay Hin Bio. Ini merupakan vihara tertua di sana.
Kota Bandar Lampung di Lampung memiliki sejumlah bangunan bersejarah yang menarik untuk didatangi. Salah satunya adalah Vihara Thay Hin Bio yang terletak di Jalan Ikan Kakap Nomor 35, Telukbetung Selatan.
Dari luar, traveler dibuat takjub dengan arsitektur bangunan yang begitu megah dan kental nuansa Tionghoa. Bangunan itu punya gerbang besar dan warna dominan merah. Selain itu, tampak pula ornamen naga yang menambah nuansa klasik di sana.
detikTravel sempat mengunjungi vihara ini pada Februari lalu. Memasuki gerbang vihara, traveler akan langsung melihat dua pagoda yang berada di sisi kanan dan kiri halaman.
Kemudian pada pintu masuk vihara, traveler akan melihat dua pilar besar lengkap dengan ukiran naga. Tak hanya itu, tampak pula dua lampion besar serta lukisan yang membuat traveler serasa berada di Negeri Tirai Bambu.
Selain itu, vihara ini juga menyimpan lilin-lilin raksasa yang biasa digunakan umat Buddha untuk sembahyang. Pada pilar-pilar di dalam vihara, traveler juga akan menemukan tulisan menggunakan huruf Mandarin.
Rohaniawan Vihara Thay Hin Bio, Virya Parama, menjelaskan vihara ini memang sudah berusia ratusan tahun. Bangunan vihara berdiri sejak Oktober 1896. Namun sebelum didirikan di sini, cikal bakalnya sudah dimulai jauh sebelum itu.
"Awalnya vihara ini dari cerita satu keluarga yang di rumahnya memuja Dewi Kwan Im. Ketika 1883 terjadi letusan Gunung Krakatau yang menyebabkan tsunami sampai menghabiskan pesisir Bandar Lampung. Pada waktu itu semua luluh lantak dan banyak menelan korban jiwa namun satu keluarga ini selamat setelah bersembunyi di bawah kolong meja altar yang ada rupang atau patung Dewi Kwang Im," ujarnya.
Kabar selamatnya satu keluarga bersama patung Dewi Kwang Im ini lantas membuat banyak orang penasaran. Mereka mulai datang ke kediaman keluarga tersebut,
"Lama-kelamaan banyak yang datang, mungkin terganggu privasi kemudian beberapa orang khususnya di Telukbetung sepakat untuk membangun cetya di tempat yang saat ini namanya Jalan W.R Supratman," katanya.
Setelah itu, dibangunlah Vihara Thay Hin Bio pada 1896 dengan mengedepankan bentuk aslinya. Virya mengatakan, sejak berdiri hingga kini tak ada perubahan yang dilakukan pada bangunan vihara.
"Tidak ada perubahan tapi ada perbaikan seperti mengecat ulang, pembersihan, lalu semen aci diubah menjadi keramik," ia memaparkan.
Virya menjelaskan bagian-bagian penting yang ada di Vihara Thay Hin Bio. "Bagian penting ornamen yang ada dan tulisan-tulisan syair, alat sembahyang serta pengiring musik dharma yang memiliki makna panduan pembelajaran sebagai umat Buddha untuk memperdalam dharma yang lebih luas," ujarnya.
Virya juga menerangkan barang-barang yang kerap traveler jumpai di vihara ini yaitu dupa, lilin, dan bunga atau buah.
"Dupa ini ketika kita membakarnya, akan menimbulkan harum semerbak. ini merupakan cerminan atau simbol bahwa kita harus membersihkan diri kita dari kekotoran batin terlebih dahulu," kata dia.
Kemudian pelita, lilin, atau lampion di vihara ini menjadi simbol penerangan. Diharapkan lilin itu dapat menghapus kegelapan batin dalam diri manusia.
"Lalu bunga itu lambang anicca atau ketidakkekalan. Mempersembahkan buah merupakan buah karma. Ini tentu ketika kita ingin mempersembahkan kepada yang superior memberikan sesuatu buah atau roti yang baik melambangkan perbuatan kita sebagai buah karma," kata dia.
Meskipun berfungsi sebagai tempat ibadah umat Buddha, Vihara Thay Hin Bio dapat dikunjungi umum. Bahkan pada saat Imlek dan Cap Gomeh, banyak orang yang berkumpul di sana untuk menikmati aksi tari barongsai.
Simak Video "Menengok Vihara Bodhigiri Blitar, Pusat Meditasi-Wisata Religi"
(pin/fem)