Jakarta Selatan tak hanya punya wisata kekinian yang ramai dikunjungi anak muda, tapi kawasan ini juga punya opsi wisata religi yang cocok berbagai kalangan lho.
Salah satunya seperti berkunjung ke Masjid Agung Al Azhar, masjid ini dibangun antara 1953-1958, dulunya masjid ini merupakan yang terbesar di Jakarta, sebelum dibangunnya Masjid Istiqlal.
Walau begitu, masjid ini masih tampak indah dan megah, meliputi kompleks Islam yang di dalamnya ada TK, SD, SMP, SMA, hingga Universitas. Selain itu masjid ini dapat menampung sekitar 2500 jemaah secara bersamaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masjid ini didirikan oleh 14 tokoh, dari tokoh nasional seperti tokoh-tokoh Masyumi. Serta terdapat juga jejak salah satu tokoh Islam tersohor, yakni KH. Abdul Malik Karim atau dikenal dengan Buya Hamka. Ia ditunjuk sebagai Imam Besar di Masjid Agung Al Azhar karena dinilai punya figur penceramah yang menyejukkan dan dapat menarik perhatian masyarakat saat itu. Hal itu dijelaskan oleh Marbut Masjid Agung Al Azhar, Soni, kepada detikTravel (16/4/2023).
"Figur Buya yang ceramah-ceramahnya senantiasa membawa kesejukan dengan pilihan kalimat-kalimat yang santun, telah mengikat perhatian umat di berbagai pelosok, terutama melalui acara Kuliah Subuh yang disiarkan oleh RRI," terangnya.
Selain itu Buya Hamka adalah seorang imam besar masjid, ulama, serta aktivis Islam yang pada 1959 mendapat gelar doktor kehormatan dari Universitas Al Azhar, Mesir. Penamaan Masjid Agung Al Azhar Jakarta yang sebelumnya adalah Masjid Raya Kebayoran Baru, adalah merujuk pada pencapaian beliau.
Hingga akhirnya datang Prof. Dr. Mahmoud Syaltout (Rektor Universitas Al-Azhar Mesir) pada 1960. Dirinya memberikan julukan atau menamai masjid ini menjadi Al-Azhar yang artinya bercahaya.
"Kemudian setelah beberapa tahun beliau (Buya Hamka) mengimami Masjid Raya Kebayoran Baru Jakarta. Kemudian datang Prof Dr. Mahmoud Syaltout dan ketika dirinya memberikan ceramah Ia memberi nama Al Azhar pada masjid ini," tuturnya.
Masjid ini merupakan bangunan cagar budaya yang telah diresmikan pada tahun 1993. Dan sejak awal pembangunannya, masjid ini sudah tampak megah dan indah seperti ini.
"Untuk keramik-keramik saja, untuk desainnya sih dari awal masih sama. Dari awal 1958 arsitekturnya sudah seperti ini, paling kaligrafinya saja yang diperbarui terus," terang Soni.
Selain jadi tempat ibadah, kawasan masjid ini juga digunakan sebagai tempat pembinaan pemuda dan pemudi Islam sejak tahun 1962. Kawasan masjid ini dibangun dengan tujuan sebagai pusat dakwah, pendidikan, dan sosial.
"Kami bergerak di bidang pendidikan, sosial seperti lembaga amal nasional, kalau dakwah itu seperti ada pengajian rutin," kata Soni.
(wkn/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol