Dicolek Pipinya Jangan Marah! Ini Tradisi Unik Muda-mudi di Bali

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dicolek Pipinya Jangan Marah! Ini Tradisi Unik Muda-mudi di Bali

Made Wijaya Kusuma - detikTravel
Selasa, 25 Apr 2023 15:05 WIB
Tradisi mecolek-colekan adeng di Pura Gede Pemayun, Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali, Senin (24/4/2023).
Tradisi colek-colekan arang di Pura Gede Pemayun, Buleleng, Bali (Made Wijaya Kusuma/detikbali)
Buleleng -

Ada tradisi unik yang dilakukan sejumlah pemuda-pemudi di Bali. Mereka saling mencolek wajah satu sama lain dengan menggunakan arang. Begini penampakannya:

Teruna-teruni (pemuda-pemudi) di Desa Adat Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Bulelen, Bali punya sebuah tradisi unik. Mereka akan berkumpul di area Pura Gede Pemayun untuk mengikuti tradisi mecolek-colekan adeng (arang) di tempat tersebut.

Teruna-teruni yang datang ke pura ini telah siap jika wajahnya diolesi adeng. Mereka yang diolesi adeng tidak boleh marah, sebab itu merupakan tradisi leluhur yang sudah dilestarikan sejak dulu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lurah desa adat Banyuning, Nyoman Mulyawan mengatakan tradisi ini diadakan setahun sekali dan merupakan rangkaian dari piodalan agung di Pura Gede Pemayun yang jatuh pada Buda Kliwon Ugu.

Tradisi unik ini dilaksanakan setelah wayonan, yakni pada saat penglebar piodalan agung tepatnya pada hari kelima. Adapun makna dari tradisi ini, yakni sebagai wujud suka cita krama karena telah berhasil melaksanakan piodalan dengan lancar.

ADVERTISEMENT

"Ini merupakan (wujud) suka cita warga kami, di sini, kami bergembira ria. Setelah sekian lama mempersiapkan piodalan," kata Mulyawan, Senin (24/4/2023) siang.

Adeng yang digunakan, kata Mulyawan, diambil dari pantat wajan yang digunakan saat mebat (memasak) di pura. Adeng tersebut kemudian dikeruk dari wajan lalu ditambahkan dengan minyak kelapa. Adeng tersebut akan diolesi ke wajah krama yang datang ke pura.

Mulyawan menyebut, tidak ada batasan usai bagi mereka yang ingin mengikuti tradisi unik ini. "Saya masih kecil ini sudah ada. Ini sudah menjadi tradisi turun-temurun," imbuhnya.

Selain diolesi adeng, mereka juga wajib bermain lumpur di halaman pura. Di mana lumpur dan adeng itu tidak boleh langsung dibersihkan di sana.

Proses pembersihan harus dilakukan di Pura Candi Kuning, yang ada di Desa Penglatan, berjarak sekitar tiga kilometer. Pembersihan diri dilakukan melalui prosesi melukat.

"Setelah ini membersih ke Candi Kuning di Penglatan. Mereka parade jalan kaki sampai ke Candi Kuning, diiringi gamelan gong. Jaraknya sekitar tiga kilo," pungkasnya.


-----

Artikel ini telah naik di detikBali dan bisa dibaca selengkapnya di sini.




(wsw/wsw)

Hide Ads