Sebuah situs di Wonogiri haram dilewati pejabat. Jika ada yang melanggar, maka dipercaya dia akan celaka. Bagaimana kisahnya?
Petilasan Bumi Angker di Desa Pengkol Kecamatan Jatiroto, Wonogiri, diyakini keramat dan memiliki sejumlah pantangan. Percaya nggak percaya, ada mitos para pejabat pantang lewat di kampung tersebut.
Bumi Angker dikenal sebagai petilasan Mbah Kajoran yang merupakan Pangeran Keraton Solo yang mengembara ketika penjajahan. Pada masa itu, Mbah Kajoran emoh diajak bekerja sama dengan penjajah dan pengembaraannya berakhir di kawasan Pengkol.
"Perjalanan Mbah Kajoran dilandasi niat baik untuk negeri ini. Ia tidak mau bekerja sama dengan penjajah. Saat di Pengkol Mbah Kajoran mempunyai sabda (sumpah) yang tidak baik ke penjajah," kata Kepala Desa Pengkol sekaligus sesepuh desa setempat, Sularto kepada detikJateng, saat ditemui Kamis (15/6/2023).
Sularto menyebut Mbah Kajoran pun bersumpah jika ada penjajah yang datang ke area tersebut maka akan celaka.
"Pada intinya sabda itu berbunyi 'Kalau suatu saat dia (penjajah dan orang-orang berdarah biru) menginjak kaki di sini akan menerima walat'. Walat itu tidak selamat dan sebagainya," ujar Sularto.
"Ya yang dimaksud juga orang yang berdarah biru pada saat itu (saat Mbah Kajoran bersumpah)," imbuhnya.
Ternyata tak hanya penjajah dan orang berdarah biru atau priayi saja, pejabat yang mengunjungi Bumi Angker ternyata juga mendapatkan walat seperti dipindah tugas, turun jabatannya hingga mengalami sakit. Hal ini pun diyakini terkait dengan sabda Mbah Kajoran.
"Hingga saat ini, di Bumi Angker, dari kapolres, danramil, camat, yang sudah eselon tiga ke atas belum berani menginjakkan di wilayah Bumi Angker," kata Sularto.
Sularto bercerita biasanya saat ke Pengkol, camat hanya mengunjungi Kantor Balai Desa dan tidak ke kawasan Bumi Angker. Sebagai informasi, kawasan Bumi Angker meliputi Dusun Pengkol dan Dusun Wates.
"Kalau mau ke sini bilang kami, kalau ada camat baru tanya lewatnya di mana. Tapi kalau camatnya dari daerah sini sudah paham. Orang yang sudah eselon tiga ke atas dan bukan orang sini tidak mau ke situ (Bumi Angker)," terang dia.
Sularto mengatakan petilasan Mbah Kajoran yang saat ini masih bisa dilihat berupa makam, rumah (sudah tidak sempurna) dan sebidang tanah seluas 600 meter persegi. Peninggalan rumah itu berdekatan dengan makam Mbah Kajoran.
"Kalau pejabat tidak berani. Tapi kalau mau jadi pejabat, bisanya ke situ (ke Petilasan untuk berdoa)," kata Sularto.
Kepercayaan Ini Sudah Ada Sejak Dulu
Sementara itu, Camat Jatiroto, Miran mengatakan kepercayaan mitos terkait pantangan pejabat masuk wilayah Bumi Angker sudah ada sejak dulu. Namun, dia belum mengetahui secara detail asal-usul tersebut.
Miran sendiri menjabat sebagai Camat Jatiroto belum genap satu tahun. Ia bukan orang asli Jatiroto, namun saat ini tempat tinggal atau rumahnya berada di sana.
Sebagai Camat, Miran tetap berkunjung ke Desa Pengkol. Namun biasanya saat ke sana pergi ke Kantor Balai Desa Pengkol dan daerah-daerah yang diperbolehkan.
"Kalau ke Pengkol ke wilayah yang tidak dilarang. Kalau untuk daerah yang dilarang (Bumi Angker) ada teman-teman (staf kecamatan) yang ke sana," kata Miran.
Diketahui, wilayah Bumi Angker meliputi dua dusun di Desa Pengkol. Keduanya adalah Dusun Pengkol dan Dusun Wates. Menurut Miran, staf kecamatan yang asli Jatiroto tidak masalah jika masuk kawasan Bumi Angker.
"Kita menghormati kebudayaan dan kepercayaan masyarakat yang ada sejak dulu. Kita uri-uri kebudayaan yang sudah turun-temurun. Saling menghormati, menghargai untuk kebaikan semua," pungkas Miran.
-------
Artikel ini telah naik di detikJateng.
Simak Video "Video Mitos atau Fakta: Ibu Hamil Minum Air Kelapa Bikin Kulit Bayi Putih"
(wsw/wsw)