Pulau Onrust di Kepulauan Seribu menjadi salah satu situs sekaligus tempat wisata Jakarta. Di pulau inilah, awal penjajahan dimulai.
detikTravel berkunjung ke Pulau Onrust melalui undangan Disparekraf DKI Jakarta pada pekan lalu. Pulau Onrust adalah destinasi pertama dalam perjalanan yang dilakukan akhir pekan lalu.
Begitu sampai di Onrust, rombongan disambut oleh Rosad, seorang pemandu lokal. Karena keterbatasan waktu, dia langsung bercerita sembari melangkahkan kaki ke Museum Onrust.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Onrust itu diambil dari bahasa Belanda, artinya tidak pernah istirahat," kata Rosad.
Rosad bercerita bahwa Onrust adalah pelabuhan yang dibangun pada abad ke-17. Pulau ini sangat sibuk dan jadi yang paling besar di masanya, sehingga Belanda memberi nama Onrust.
![]() |
"Onrust itu pulau kapal, lebih sibuk dari Batavia," ujar dia.
Menurut catatan sejarah, Onrust awalnya adalah bagian dari wilayah kekuasaan Kesultanan Banten. Di sanalah raja-raja Banten beristirahat atau liburan.
Belanda kemudian datang dan menjadikannya sebagai tempat bongkar muat barang atau pelabuhan. Bahkan, aktivitas perbaikan kapal pertama berlangsung lebih dari 200 tahun.
Pada 1911, Onrust dijadikan tempat karantina haji oleh pemerintah Hindia Belanda hingga 1933. Karantina haji kemudian dipindahkan ke Tanjung Priok dengan fasilitas yang lebih layak.
Bukti bangunan karantina haji terlihat sejauh mata memandang. Ada reruntuhan dengan balok-balok besar di bawah pohon. Tak ada bangunan yang tersisa, kecuali rumah dokter dan penjara.
![]() |
"Rumah dokter ini dibangun paling akhir jadi masih bagus. Di sinilah dulu dokter-dokter tinggal," ujar dia.
Kini rumah dokter sudah dijadikan sebagai museum. Sayang, kondisinya kurang terawat, udara yang mengandung garam membuat kaca-kaca lemari buram, sehingga barang peninggalan tampak makin lusuh.
Tak banyak yang dilihat di sana, Rosad kembali membawa rombongan ke Penjara Onrust. Ya, pulau ini beralih fungsi menjadi penjara kejam setelah era karantina haji.
![]() |
Tahanan pertama Penjara Onrust adalah pemberontak Kapal Zeven Provicien. Mereka adalah anak buah kapal (ABK) yang merebut Kapal Zeven Provicien untuk melangsungkan protes terhadap diskriminasi upah antara orang pribumi, Indo Belanda dan Belanda.
"Waktu itu ada pemotongan gaji besar-besaran oleh Hindia Belanda sebanyak 17 persen. Mereka semua berontak dengan naik kapal itu, namun dibom oleh Belanda," ujar Indra, pemandu wisata dari HPI.
Mayat-mayat korban Zeven Provicien kemudian disebar di Onrust dan Pulau Bidadari. Perjalanan Onrust sebagai pelabuhan, karantina haji dan penjara membuat pulau ini punya banyak nisan tak bernama.
"Terlihat jelas perbedaan antara makam milik Belanda dan pribumi," ujar Rosad.
![]() |
Belanda membangun pemakaman dengan tugu megah dan batu-batu nisan yang mahal. Totalnya ada 40 makam, mereka meninggal akibat penyakit tropis dan depresi.
Sementara itu, makam pribumi hanya sebidang tanah dengan pinggiran batu, tanpa nisan dan nama. Mereka tak hanya tahanan, tetapi juga makam pribumi yang meninggal saat karantina haji.
![]() |
Di antara makam pribumi yang sangat sederhana, ada tiga makam yang dikeramatkan. Makam itu diberi bangunan dan ditutup keramik, sedangkan nisannya terbungkus kain putih.
![]() |
Dari beragam cerita, kuburan keramat tersebut disemayamkan pemimpin pemberontak DI/TII Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, yang dieksekusi di Pulau Onrust pada masa pemerintahan Presiden Soekarno pada 1964.
Rosad bercerita dia pernah menemukan tulang-tulang manusia saat menggali di pulau tersebut. Ini dianggap penemuan wajar dengan kisah kelam Onrust sebagai penjara dan karantina haji. Ada banyak jenazah yang dimakamkan tanpa tanda.
"Pernah lagi gali-gali di sini ketemu kerangka, habis itu diserahkan ke pusat penelitian," ujarnya menutup cerita.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!