Waduk Greneng Istimewa, Kang Sampan Bisa Cuan Rp 1 Juta Sehari

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Waduk Greneng Istimewa, Kang Sampan Bisa Cuan Rp 1 Juta Sehari

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Rabu, 01 Nov 2023 11:05 WIB
Waduk Greneng
Waduk Greneng Blora (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Blora -

Kabupaten Blora telah berproses dalam mengembangkan beberapa tempat wisata buatan baru. Namun, yang satu ini terbilang istimewa dan tak termakan zaman.

Waduk Greneng namanya. detikTravel kembali mengunjungi destinasi wisata itu beberapa waktu lalu setelah belasan tahun lamanya.

Perjalanan ke Waduk Greneng dari pusat Kota Blora berkisar 30 menit. Perjalanan sangat lancar karena tiada kemacetan di kota kecil ini dan jalanannya pun terbilang sangat baik dengan adanya beberapa lubang ketika mendekati lokasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika sampai pusat Kecamatan Tunjungan, sudah ada gapura besar penanda bahwa kawasan itu telah dirapikan keberadannya sebagai tempat wisata alam dan agrowisata.

Jadi, Waduk Greneng tak hanya menjadi destinasi wisata alam yang gratis, atau tanpa tiket masuk, tapi di sana juga memiliki beberapa desa unggulan agrowisata Blora. Traveler dapat berkunjung ke kebun durian dan kelengkeng untuk memakan langsung buahnya di lokasi.

ADVERTISEMENT

Kembali ke Waduk Greneng, destinasi ini memang tak sepopuler Waduk Tempuran yang memiliki restoran khusus ikan bakar. Namun, di lokasi ini juga memiliki fasilitas yang sama, namun lebih tradisional.

Jadi ada satu warung tradisional yang menyediakan aneka makanan, mulai ikan bakar hingga minuman harga tiga ribu rupiah. Tak hanya itu, si pemilik juga memiliki sampan wisata untuk menyeberang hingga berkeliling Waduk Greneng.

Waduk GrenengWaduk Greneng (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

Lokasi warung ini ada di ujung jalan di dalam lokasi Waduk Greneng. Warung yang lain hanya lapak biasa yang menyediakan makanan minuman serupa namun tak ada ikan bakarnya.

Saat detikTravel datang, sudah ada dua keluarga besar yang sedang menikmati ikan bakar dan membuka bekal di bawah pohon seri atau kersen yang rindang. Mereka menikmati suasana akhir pekan yang sederhana di tengah cuaca terik.

Sekilas pandang, Waduk Greneng sudah kehilangan setengah debit airnya. Kemarau panjang membuat para traveler datang memancing hingga ke tengah waduk.

Membahas soal kang sampan berpendapatan satu juta per hari, bernama Sujedi. Ia pula pencetus nama Puncak Asmoro, bukit yang berada di belakang warungnya.

"Saya di sini sudah empat tahun tapi baru dua tahun ke belakang jualan ikan bakar. Pernah suatu waktu pas ramai bisa jual 80 kilogram ikan nila. Dan saat ini alhamdulillah pendapatan rata-rata per hari bisa sampai Rp 900 ribu," kata dia.

Waduk GrenengWaduk Greneng (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

Saat spot Cemoro 7 dibangun, ia juga menjadi kang pendayung sampan. Saat itu, Sujedi dapat meraup keuntungan sampai Rp 1 juta per hari dengan rute dari warungnya sampai ke lokasi.

Namun, umur spot Cemoro 7 tidaklah lama. Pengelolaan dan transparansi pemasukan yang buruk membuat anggota pengurusnya menghilang satu per satu hingga terbengkalai.

Sementara itu, Puncak Asmoro berada di belakang warung Sujedi, dikatakannya adalah perwujudan dari gunung wurung. Kata dia, itu adalah perwujudan gunung yang belum jadi seutuhnya.

Kini, Sujedi menuai berkah. Ia yang menamai Puncak Asmoro agar traveler berdatangan (podo moro) menjadi kenyataan. Ia membuat gazebo kecil di atas warung dan menanam pohon seri agar warungnya terasa teduh.




(msl/wsw)

Hide Ads