Jakarta mempunyai kisah penjara terkejam dan tersadis yang dicatat oleh sejarah. Berada di sebuah pulau di Kepulauan Seribu, inilah Penjara Onrust.
Dikelilingi oleh pantai cantik dan pemandangan eksotis, Pulau Onrust memiliki pelabuhan tersibuk Batavia di masa kolonial Belanda. Dalam perjalanannya, peran Onrust kemudian bertambah, yakni sebagai tempat karantina haji dan pulau tahanan sementara.
Di zaman Belanda, pulau itu menjadi tahanan marinir yang bandel dan pemberontak. Termasuk, tentara Nazi yang dikirim oleh Adolf Hitler untuk menguasai Batavia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, hanya ada satu bangunan penjara yang dibangun saat itu. Tahanan yang membludak membuat Belanda mengalihfungsikan barak karantina haji menjadi sel tahanan.
![]() |
"Ada 35 barak di sini, ukurannya 6x30 meter," ucap Rosad, pemandu lokal Pulau Onrust.
Kekejaman penjara Onrust pernah diceritakan oleh Maud Boshart, seorang pelaut Belanda yang bertugas dalam kapal Zeven Provincien. Kapal milik Belanda itu dibajak oleh anak buah kapal (ABK) karena diskriminasi dan pemotongan gaji 17 persen oleh pemerintah Hindia Belanda.
Kapal itu akhirnya di bom oleh Belanda dan menewaskan banyak orang. Boshart jadi salah satu korban selamat yang ditahan di Onrust.
![]() |
Dalam persidangan kasus Kapal Zeven Provincien, Boshart menggambarkan dengan jelas kekejian yang terjadi di pulau itu.
"Sejak menjadi tahanan, Onrust menjadi pulau tertutup untuk umum dan dijaga oleh 150 tentara dari Batalyon 11 di bawah pimpinan Kapten van Riet," ujar Boshart.
Barak penjara itu memiliki tinggi 1,5 meter dengan atap seng yang di kelilingi oleh kawat duri. Petugas menyiksa tahanan dengan peraturan yang sadis.
"Jika tahanan lewat di ruang terbuka, ditembak tanpa peringatan. Membuat ribut atau tertawa keras, sebuah granat tangan dilempar ke barak," kata Boshart.
Saat itu, petugas sipir juga membatasi ruang gerak tahanan dengan garis kapur. Jika melewati garis itu, tahanan akan diborgol dan disuruh berdiri dari pagi hingga sore. Mereka akan diawasi oleh serdadu bersenjata lengkap. Benar-benar sadis!
Setelah Belanda angkat kaki, Jepang masuk dan kembali menorehkan sejarah kelam di Onrust. Pulau Onrust dijadikan sebagai isolasi tahanan kelas berat dan tahanan politik, seperti seperti DN Aidit dan Lukman yang kemudian menjadi tokoh PKI.
![]() |
"Di masa Jepang, Penjara Onrust ada sistem gladiator," ujar Rosad.
Gladiator merupakan 'permainan berdarah' yang sengaja diterapkan untuk mengurangi jumlah tahanan. Karena semakin hari, tahanan di pulau ini terus membludak.
"Jadi sesama tahanan diadu sampai salah satunya meninggal, satu lawan satu," dia menjelaskan.
Sistem gladiator itu dilakukan di dalam gedung penjara. Di salah satu ruang, ada sebuah kolam silinder yang berukuran sekitar 2 meter. Sampai saat ini, kolam gladiator itu masih ada.
"Cerita ini diinformasikan oleh arkeolog. Enggak tahu juga seberapa sering sistem gladiator ini dilakukan. Pokoknya ini dilakukan untuk mengurangi jumlah tahanan," kata dia.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan