Bila mengunjungi Museum Keraton Kasepuhan Cirebon, traveler akan menemukan ukiran kama sutra. Ukiran ini dibuat sebagai media pendidikan seks.
Ukiran kama sutra itu merupakan karya dari Panembahan Ratu I Zainul Arifin yang merupakan sultan ketiga. Zainul membuat karya kama sutra dengan ukiran model mantingan.
Mahakarya Zainul Arifin itu menggambarkan manusia masa lampau dan kama sutra pada abad ke-15. Ukiran kama sutra itu menampilkan erotisme dan edukasi seksual.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya Itu memang benar ukiran karya dari Penambahan," kata Ketua Informasi Pariwisata Keraton Kasepuhan Cirebon Iman Sugiman kepada detikJabar, belum lama ini.
Iman menerangkan adanya ukiran kama sutra itu salah satu bukti saat agama Islam menyebar di Jawa, budaya Jawa tetap tak hilang. "Sudah sejak dahulu kebudayaan Hindu sudah ada di Jawa, jika dilihat secara seksama terlihat gambar dua orang purba yang masih primitif sedang melakukan hubungan seksual" ujar Iman.
Iman menerangkan tujuan dibuatnya ukiran kama sutra oleh Panembahan Ratu I adalah bagian dari pendidikan seksualitas. Iman menyebut pendidikan seksualitas sudah digaungkan sejak zaman Hindu dan Islam.
"Sudah sejak dahulu, sex education itu sudah dikenal," tutur Iman.
Iman kemudian menerangkan tentang salah satu gambar di ukiran tersebut yang menampilkan laki-laki dan perempuan, kemudian ditemani dengan dua orang anak. Iman menyebut hal tersebut merupakan simbol keluarga.
Selain itu, lanjut dia, gambar tersebut juga bagian dari kampanye keluarga berencana. Iman pun mengatakan logo program keluarga berencana yang digaungkan pemerintah, sejatinya mirip dengan gambar yang ada di ukiran kama sutra yang dibuat Panembahan Ratu I pada abad ke-15.
"Mirip seperti simbol KB di zaman sekarang," ujar Iman.
Selain ukiran kama sutra, di dalam museum juga terdapat ukiran yang terinspirasi dari kebudayaan India yaitu ganesha naik gajah yang dimaknai sebagai sebuah keharusan dalam menuntut ilmu. Ganesha, menurut Iman merupakan simbol dari kebudayaan Hindu yang berarti dewa keilmuan atau pendidikan. Adanya kebudayaan hindu dalam kultur Islam, tentu menjadi bukti bahwa Islam tidak menghilangkan kebudayaan-kebudayaan Hindu yang ada di Nusantara.
"Pada abad ke-12 sebelum Wali Songo ada, Nusantara masih dalam kebudayaan Hindu yang sangat kuat. Namun setelah Islam datang, kebudayaan tersebut tidak semuanya dihilangkan," pungkas Iman.
Berita ini sudah tayang di detikJabar.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!