Sejarah Kelam Jalan Nibung, Eks Prostitusi Terbesar di Medan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sejarah Kelam Jalan Nibung, Eks Prostitusi Terbesar di Medan

Finta Rahyuni - detikTravel
Sabtu, 18 Nov 2023 23:05 WIB
Kondisi Jalan Nibung Medan saat ini yang sudah ramai dengan penjual mobil
Kondisi Jalan Nibung Medan saat ini yang sudah ramai dengan penjual mobil (Foto: Finta Rahyuni/detikSumut)
Jakarta -

Jalan Nibung Raya di Medan dulu terkenal sebagai kawasan prostitusi. Dulu berdiri banyak hotel dan tempat hiburan malam yang sering disinggahi wisatawan.

Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Budi Agustono menceritakan sisi gelap Jalan Nibung Raya di masa lampau. Pada saat itu, tak mengherankan bila lewat jalan tersebut akan menemukan wanita-wanita yang menjajakan diri.

"Iya (pusat prostitusi). Jadi, di tahun 80 an, 90-an memang Jalan Nibung itu terkenal itu," kata Budi kepada detikSumut baru-baru ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi mengatakan wanita-wanita itu sudah menunggu pelanggan sejak siang hingga ke malam hari. Hal ini tentu berbeda dengan 'wanita malam' sekarang yang mayoritas beraksi di malam hari.

Wanita-wanita itu ada yang menunggu di Jalan Nibung, ada juga di dekat Medan Plaza Jalan Iskandar Muda, mal yang cukup terkenal kala itu. Di parkiran mal ini, banyak wanita-wanita berpakaian seksi yang juga "menjajakan" dirinya.

ADVERTISEMENT

Ada laki-laki yang menggunakan mobil dan sepeda motor yang akan mendekati para wanita-wanita itu untuk transaksi seksual. Setelah bertransaksi, nantinya mereka akan bergeser ke hotel-hotel di Jalan Nibung. Untuk diketahui, lokasi Medan Plaza dan Jalan Nibung ini berdekatan.

"Mereka misalnya pada waktu itu bertransaksi pakai mobil, sepeda motor. Lalu kemudian dibawalah misalnya ke Jalan Nibung, karena pada waktu itu tempat yang paling dekat untuk melakukan transaksi seksual di Jalan Nibung," kata Budi.

Budi menjelaskan saat itu Pasar Petisah yang berada di dekat Jalan Nibung dan Medan Plaza itu memang menjadi salah pusat perbelanjaan. Masyarakat Kota Medan maupun dari luar daerah banyak berbelanja ke pasar itu.

Sebelum pulang ke daerahnya, banyak laki-laki yang memilih untuk bersenang-senang ke tempat hiburan malam atau dengan wanita-wanita di Jalan Nibung itu.

"Banyak sekali yang didatangi orang muda dari mana pun yang kebetulan ke Medan, yang mencari hiburan lalu kemudian kencan di situ. Jadi, begitu juga dengan orang yang belanja ke Petisah, singgah di Jalan Nibung. Apalagi di malam hari itu saya rasa cukup ramai sekali, hampir setiap malam apalagi malam Sabtu, malam Minggu itu banyak, hotel itu selalu penuh," ujarnya.

Budi mengatakan saat itu memang cukup ramai transaksi seksual di daerah Nibung itu. Bahkan, transaksi itu terang-terangan dilakukan pada siang hari. Menurutnya, ramainya prostitusi di daerah menjadi bagian dari fenomena kehidupan perkotaan.

"Saya kira itu Fenomena urban, fenomena kota yang terjadi di Medan di sekitar tahun 80-an. Saya kira Nibung di tahun 80-an itu pun sudah biasa, dan itu menjadi hiburan pada waktu itu, mencari kenikmatan, menghabiskan uang, mencari kesenangan di Jalan Nibung itu, saya kira itu fenomena sosial, fenomena kota," ujarnya.

Budi mengatakan prostitusi di daerah itu memang tidak legal. Namun, menurutnya saat itu tindakan dari pemerintah maupun kontrol sosial dari masyarakat belum masif. Hal itulah yang memuat prostitusi di daerah itu menjamur.

Namun, kejayaan prostitusi di Jalan Nibung itu tidak bertahan lama. Pada tahun 2000, prostitusi di daerah itu mulai redup. Hal itu diakibatkan oleh beberapa hal, salah satunya karena mulai tumbuhnya bisnis mobil di Jalan Nibung Raya itu. Bisnis mobil itu berjalan hingga sekarang.

Bisnis mobil yang hampir berada di depan-depan pertokoan itu membuat sejumlah orang yang ingin bermain dengan wanita-wanita 'bayaran' itu merasa risih karena lokasinya ramai.

"Bisnis yang seperti ini kan itu kan tidak bisa dilakukan secara terbuka, apalagi kebijakan pemerintah kota tidak lagi bebas seperti dulu, ada kontrol publik. Mulailah berkurang popularitas di Jalan Nibung, terutama setelah bisnis mobil bertumbuhan di jalan itu sehingga ini kan menghalangi, sehingga orang kalau ke situ siang hari mempertimbangkan faktor kenyamanan juga kan, karena sudah ramai, kalau dulu kan masih sedikit jadi bisa kapan saja," kata Budi.

Artikel selengkapnya, baca di detikSumut.




(pin/pin)

Hide Ads