Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban bertekad menjaga kelestarian naskah lontar yang sudah berusia ratusan tahun. Museum ini dianggap sebagai pusat edukasi lontar di Indonesia.
Lontar merupakan catatan literasi yang menggunakan daun ental sebagai media penulisannya. Sebelum digunakan sebagai media lontar, daun ental harus melalui rangkaian proses panjang hingga bisa digunakan untuk menulis.
Lontar biasanya ditulis menggunakan pengrupak, semacam pisau khusus untuk menulis di atas daun ental. Untuk menimbulkan warna hitam, digunakan tingkih atau kemiri bakar. Lontar ditulis menggunakan aksara Bali.
Dibangun pada bulan Maret 2017 dan rampung pada Agustus 2017, Museum Pustaka Lontar berlokasi di Desa Adat Dukuh Penaban, Karangasem, Bali. Dari Kota Denpasar, traveler cukup menempuh waktu sekitar 1 jam 50 menit untuk dapat sampai di Museum Pustaka Lontar.
Museum Pustaka Lontar adalah sebuah kompleks museum yang menyimpan ribuan koleksi catatan yang ditulis di atas daun lontar kering. Semua catatan ini usianya sudah tua bahkan ratusan tahun, yang isinya mulai dari tata cara kehidupan ritual hingga keseharian masyarakat Bali. Semua catatan ini pun masih dijadikan pedoman aturan di masyarakat adat Bali.
Kehadiran Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban tak hanya menjadi destinasi wisata budaya, namun kini menjelma menjadi pusat edukasi lontar di Karangasem, Bali.
I Dewa Ayu Puspita Padni, guru Bahasa Bali SMP 5 Amlapura, mengaku ia dan siswa di sekolahnya sering berkegiatan di Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban.
"Kami dari sekolah sering berkegiatan di museum ini. Mulai dari nyurat lontar di sini, melakukan persiapan lomba, dan melakukan rekaman jika ada lomba secara online," kata dia.
Menurut I Dewa Ayu Puspita Padni kehadiran Museum Pustaka Lontar sangat bermanfaat bagi sekitar, terutama untuk edukasi generasi muda terkait budaya ngerupak dan nyurat aksara Bali.
"Kalau kami di sekolah, perlu contoh dan motivasi dari tempat lain. Kebetulan museum ini memiliki koleksi lontar yang lengkap, itu cukup menjadi contoh dan acuan untuk kami dalam menularkan tradisi ngerupak," dia menjelaskan.
Sebagai salah satu tenaga pendidik, I Dewa Ayu Puspita Padni berpesan untuk tidak memandang sebelah budaya lontar dan sastra Bali. Meskipun di tengah perkembangan teknologi, sastra dan aksara Bali tidak akan pernah tenggelam.
"Secanggih apapun teknologi sekarang, tulisan yang dihasilkan dengan tulisan tangan di atas daun lontar tak akan pernah terkalahkan taksunya. Setiap goresan tangan akan diikuti dan dijiwai oleh sang penulis, itu taksu tersendiri dari lontar dan sastra Bali," ujarnya.
Ternyata tak hanya menjadi wisata edukasi Budaya, kehadiran Museum Pustaka Lontar telah menjelma sebagai pusat edukasi lontar khususnya bagi masyarakat Kabupaten Karangasem. Bagi traveler pecinta budaya, Museum Pustaka Lontar adalah destinasi yang wajib traveler kunjungi.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!