Di Kupang, ada satu rumah yang sangat bersejarah. Usianya sudah 159 Tahun. Pemiliknya adalah warga keturunan Tionghoa. Seperti apa wujudnya?
Rumah Abu keluarga Siang Lay, adalah salah satu bangunan bersejarah di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Rumah ini didirikan oleh leluhur keluarga Tionghoa tersebut pada masa Perang Dunia Kedua.
Bangunan tersebut terletak di Kelurahan Lahi Lai Bissi Kopan (LLBK), Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Ornamen penghias bangunan itu masih sangat indah dan terawat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada bagian temboknya, terpampang nama-nama leluhur marga Lay yang dituliskan dalam bahasa Mandarin. Rumah itu sendiri usianya kini sudah 159 tahun.
Salah satu menantu keluarga Lay, Fery Ngahu (53), menuturkan, Rumah Abu Siang Lay didirikan pada tahun 1865. Menurutnya, Rumah Abu ini merupakan penanda etnis Tionghoa berada di Kota Kupang jauh sebelum Indonesia merdeka.
"Jadi, pada 1865, keturunan orang Tionghoa sudah memiliki tempat persembahyangan seperti Siang Cung dan Siang Lay. Tapi kalau keberadaan yang masih utuh dan terawat dengan baik hanya Rumah Abu Siang Lay," tutur Fery, akhir pekan lalu.
Menurut Fery, leluhurnya mendirikan bangunan yang kokoh itu tanpa menggunakan beton. Mereka mengetahui hal itu ketika merenovasi plesteran pada bagian tembok Rumah Abu Siang Lay.
Rumah Abu Siang Lay dibangun hanya menggunakan batu yang diambil dari laut lalu dipotong menyerupai bata.
"Itu yang kami temukan di bagian temboknya. Jadi ada dua lapisan batu potong di bagian sudutnya yang dipasang silang, sehingga itu sangat kokoh," kata Fery.
Sementara pada bagian atap, Rumah Abu Siang Lay awalnya menggunakan sirap, kemudian diganti asbes, dan terakhir memakai seng.
Pernah Direnovasi Beberapa Kali
Keturunan marga Lay pun berupaya mempertahankan bentuk asli bangunan bersejarah tersebut. Meski begitu, beberapa bagian bangunan sempat direnovasi, sehingga masih terawat sampai sekarang.
"Sudah beberapa kali direnovasi, tapi tidak mengubah bentuk asli sejak awal didirikan," jelasnya.
Menurut cerita dari tetua marga Lay, bangunan ini sempat mengalami kerusakan di bagian atap dan tembok akibat bom Perang Dunia II di Kota Kupang. Rumah Abu Siang Lay kemudian direnovasi.
"Orang tua kami saat itu langsung memperbaikinya," terangnya.
Bangunan bersejarah itu sudah melahirkan 20 keturunan dari marga Lay yang tersebar hampir di semua kabupaten NTT. Sebagai bagian dari keluarga Lay, Fery pun mengaku bangga.
"Sehingga itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi rumpun keluarga Lay. Kami bangga karena keberadaan rumah doa ini merupakan peninggalan bersejarah yang ada di sini dan masih terawat," bebernya.
Kini, Rumah Abu Siang Lay dijadikan sebagai tempat persembahyangan khusus keluarga Lay. Saat Hari Raya Imlek, anak keturunan mereka pun berdatangan. Bangunan itu juga menjadi tempat silaturahmi dan reunian setiap 10 tahun.
-------
Artikel ini telah naik di detikBali.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol