Makna Hari Raya Kuningan, Waktu Turunnya Para Leluhur

Ni Made Nami Krisnayanti - detikTravel
Jumat, 08 Mar 2024 23:05 WIB
Ilustrasi hari raya Kuningan (Pradita Utama/detikcom)
Denpasar -

Masih dalam rangkaian Hari Raya Galungan, 10 hari setelahnya umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan. Jatuh setiap enam bulan sekali pada hari Sabtu wuku Kuningan.

Rangkaian hari raya besar di Bali akan kembali dirayakan oleh umat Hindu. 10 hari setelah Hari Raya Galungan umat Hindu akan menyambut Hari Raya Kuningan. Umat Hindu akan kembali disibukkan dengan persembahyangan.

Uniknya, saat Hari Raya Kuningan, semua persembahan akan menggunakan nasi kuning. Persembahyangan pun hanya dilakukan setengah hari, hingga pukul 12.00 WITA.

Penasaran bagaimana sejarah Hari Raya Kuningan? Dan makna di balik perayaan Hari Raya Kuningan? Yuk simak informasinya dari detikTravel

Sejarah Singkat Hari Raya Kuningan

Sejarah Hari Raya Kuningan berhubungan erat dengan Hari Raya Galungan dalam tradisi Hindu. Perayaan Hari Raya Kuningan sudah ada sejak sekitar 1.200 tahun yang lalu. Lontar Purana Bali Dwipa menyebutkan bahwa perayaan ini pertama kali dilakukan pada tahun 882 Masehi.

Bagi umat Hindu, Hari Raya Kuningan adalah momen kemenangan atas dharma (kebenaran) melawan adharma. Ini dianggap sebagai hari untuk mempertahankan kemenangan dharma yang dirayakan saat Hari Raya Galungan.

Selama Hari Raya Kuningan, umat Hindu bersembahyang untuk memohon berkah, keselamatan, dan kesejahteraan bagi semua. Mereka juga memberikan persembahan kepada leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan, dan petunjuk dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Makna Hari Raya Kuningan

Hari Raya Kuningan merupakan saat yang suci bagi umat Hindu untuk meminta perlindungan, keselamatan, dan arahan rohani kepada Dewa, Bhatara, serta leluhur. Acara ini juga sering disebut Tumpek Kuningan.

Makna Hari Raya Kuningan adalah memohon keselamatan, kedamaian, perlindungan, dan petunjuk, baik secara fisik maupun spiritual. Hal ini tercermin dari pengabdian kepada Dewa, Bhatara, dan leluhur.


Umat Hindu meyakini bahwa Dewa dan Bhatara bersama leluhur turun ke bumi hingga tengah hari, sehingga upacara dan persembahyangan Hari Raya Kuningan berlangsung hingga pukul 12.00 WITA.

Keunikan dari Hari Raya Kuningan adalah penggunaan nasi kuning sebagai persembahan, yang melambangkan kemakmuran. Hal ini berbeda dengan upacara keagamaan lain yang menggunakan nasi putih. Nasi kuning dianggap sebagai lambang kemakmuran, sesuai dengan etimologi kata "Kuningan" yang mengacu pada warna kuning, yang dipahami sebagai simbol kemakmuran.



Simak Video "Video Bubaran Wisata Bedugul saat Libur Kuningan, Kendaraan Berjubel di Badung"

(fem/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork