Provinsi Jawa Barat punya kabupaten yang hilang yaitu Batulayang. Begini jejak kabupaten yang hilang itu di dalam peta:
Batulayang rupanya bukan hanya sekedar desa yang masuk administrasi Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Jauh sebelum Indonesia merdeka, Batulayang pernah menyandang status sebagai kabupaten di Tanah Priangan.
Saat Batavia (Jakarta) dan Priangan (Jawa Barat) masih dalam kekuasaan Kolonial Hindia Belanda, Batulayang menjadi salah satu kabupaten di wilayah tersebut. Wilayah itu menjadi daerah perkebunan kopi yang diandalkan Bangsa Eropa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arsip tentang Kabupaten Batulayang pun masih tersimpan rapi dalam laporan seorang arsiparis bernama Dr Frederik de Haan Tahun 1910. de Haan juga pernah menjabat sebagai pemimpin Landsarchiev, atau Lembaga Kearsipan Hindia Belanda.
Dalam laporannya yang dibukukan berjudul 'Priangan: De Preanger-Regentschappen onder het Nederlandsch Bestuur tot 1811', de Haan turut mencantumkan gambar peta wilayah Priangan. Gambar berjudul 'Overzichtskaartje Bij Priangan' itu dicantumkan dengan skala 1:2.000.000.
Laporan de Haan dari laman Courts Foundation tersebut diketahui merupakan hasil kerja sama antara Proyek Sejarah Digital di awal 2010 bersama Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Di peta yang dicantumkan de Haan dalam laporannya, terlihat Kabupaten Batulayang dikelilingi oleh sejumlah pegunungan di Priangan pada masa itu. Ryzki Wiryawan dalam bukunya berjudul Pesona Sejarah Bandung: Perkebunan di Priangan, lalu menulis perbatasan-perbatasan saat Batulayang masih menjadi kabupaten.
"Batulayang sebagai Kabupaten muncul sejak abad ke-18. Wilayahnya terdiri dari tiga distrik: Kopo, Rongga dan Cisondari (sekarang meliputi daerah: Cililin, Ciwidey dan Gununghalu)," tulis Ryzki dalam bukunya di halaman ke-59 sebagaimana disadur, Rabu (6/3/2024).
"Batulayang dibatasi oleh Gunung Wayang dan Linggaratu di sebelah Timur; Sungai Ci Sokan dan Cianjur di barat; Gunung Tilu dan Ci Tarum sampai ke muara Ci Sokan di sebelah utara, Gunung Patuha dan Ci Sokan di sebelah selatan."
Saat masih berstatus sebagai kabupaten, Batulayang memiliki Ibu Kota bernama Gajah atau Gajah Palembang yang berada di tepi Ci Tarum (sebelah Margahayu sekarang).
Rizky dalam bukunya mengatakan, pemberian nama Gajah itu ditengarai terjadi karena penguasanya zaman dulu yang bernama R Moh Kabul atau Abdul Rohman, pada 1770 membawa oleh-oleh seekor gajah saat pulang usai ditugaskan VOC ke Palembang.
![]() |
Sekedar informasi, terdapat sebuah desa yang bernama Gajah Mekar. Desa tersebut secara administratif berada di Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung. Dahulu wilayah ini masuk ke dalam wilayah Kabupaten Batulayang.
Sebelum menjadi kabupaten, Batulayang sempat masuk dalam status keprabuan di bawah kuasa Kerajaan Pajajaran. Menariknya, Abdul Rohman juga membuat tempat pemandian gajah yang kemudian di wilayah tersebut dinamakan Leuwigajah, sebuah kelurahan yang kini masuk administrasi Kecamatan Cimahi Selatan di Kota Cimahi.
Pada medio 1770-an, Batulayang dipimpin seorang bupati bernama Tumenggung Rangga Adikusumah. Namun ia meninggal dan status kepemimpinannya tidak berlangsung lama.
Jabatan Bupati Batulayang kemudian diserahkan kepada Bupati Bandung pada 1785, lantaran penerusnya, Raden Bagus, anak dari Tumenggung Rangga Adikusumah, saat itu masih berusia 12 tahun.
Pada 1794, Raden Bagus akhirnya diangkat sebagai Bupati Batulayang dengan gelar Tumenggung Rangga Adikusumah II (sumber lain menyebutkan Dalem Tumenggung Anggadikusumah). Tapi, petaka kemudian datang saat sang pewaris tahta tak sekompeten ayahnya dalam memimpin Batulayang.
Dalam tulisannya, Ryzki menyebut Tumenggung Rangga Adikusumah II begitu buruk dalam memimpin Batulayang. Ia menelantarkan perkebunan kopi di sana, yang saat itu masih jadi primadona Hindia Belanda, bahkan punya kebiasaan tak wajar lantaran gemar mengkonsumsi opium dan minuman keras.
"Berdasarkan laporan Pieter Engelhard pada 1802, Tumenggung Anggadikusumah memimpin Batulayang dengan buruk, membiarkan perkebunan kopi menjadi hutan belantara dan semak-semak. Bahkan berdasarkan laporan tanggal 24 Desember 1801, muncul usulan untuk memberhentikan Sang Bupati karena kegemarannya mengonsumsi opium dan minuman keras," ucap Ryzki dalam tulisannya.
Karena kondisi itu, Tumenggung Rangga Adikusumah II akhirnya diberhentikan pada 1802. Praktis kemudian, Batulayang sebagai kabupaten akhirnya dihilangkan.
Wilayah Batulayang lalu digabungkan dengan Kabupaten Bandung. Sementara sang pewaris tahta, diasingkan ke Batavia hingga akhirnya meninggal dan dimakamkan di Mangga Dua.
------
Artikel ini telah naik di detikJabar.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Aturan Baru Bagasi, Presdir Lion Air Group: Demi Keselamatan