Air Terjun Wairpoar merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup populer di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Letaknya tak jauh dari Gunung Lewotobi Laki-laki, hanya sekitar delapan kilometer.
Di tengah erupsi, objek wisata ini tetap diminati turis domestik maupun asing. Lantaran jaraknya yang dekat kawasan Air Terjun Wairpoar terdampak abu vulkanik Lewotobi.
Air Terjun Wairpoar merupakan salah satu mata air alami. Lokasinya berada tak jauh dari rumah penduduk di Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang.
Untuk menikmati air terjun ini, bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua. Bisa juga jalan kaki dari permukiman penduduk dengan jarak tempuh tak lebih dari 30 menit.
"Jalan masuk 1 kilometer, kurang lebih 30 menit ke sana," kata Kepala Desa Boru, Darius Don Boruk, kepada detikBali, Minggu (16/2/2025).
Don Boruk mengungkapkan pada 2016 Desa Boru membangun sarana mandi, cuci, kakus (MCK) di lokasi air terjun. Maka, turis-turis tak perlu khawatir jika berwisata ke sana.
Menurut Don Boruk, waktu paling aman berwisata ke Air Terjun Wairpoar adalah pada Oktober dan November. Sebab, debit mata airnya tidak terlalu besar. Wisatawan diminta waspada di saat hujan karena debit air yang bisa meningkat.
Selain menikmati jernihnya air terjun, wisatawan juga bisa menikmati panorama alam yang asri. Di sekeliling air terjun penuh dengan pepohonan.
Don Boruk mengungkapkan kunjungan ke Air Terjun Wairpoar saat ini setiap harinya tidak terlalu sepi, meski aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki meningkat. Ada puluhan wisatawan tiap hari.
"Masih saja orang ke sana, saat ini bisa sekitar 20 orang. Kemarin menurun karena bencana (erupsi Lewotobi Laki-Laki)," imbuhnya.
Dia mengatakan para turis bisa melakukan beragam aktivitas di Air Terjun Wairpoar. Mulai mandi sepuasnya hingga makan-makan di sekitar destinasi wisata. Tentu dengan menjaga kebersihan. Namun, ada satu hal yang dilarang keras, yakni buang air besar di sumber mata air tersebut.
---
Baca artikel selengkapnya di detikBali
Simak Video "Mengenal Ikan Lure Basah dari Lautan Desa Pasir Panjang, Nusa Tenggara Timur"
(msl/msl)