Indahnya Senyum Anak-anak di Pulau Komodo

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Indahnya Senyum Anak-anak di Pulau Komodo

FATMA ATIK - detikTravel
Sabtu, 17 Nov 2018 15:50 WIB
loading...
FATMA ATIK
Keberangkatan TIM KKN MANDIRI UNNES Desa Komodo
Tolak Angin Selalu Menemani Perjalanan Kami
Keceriaan Generasi Emas Bangsa dari Bumi Timur
Cuci Tangan dan Gosok Gigi Yuk..
Orang pintar minum Tolak Angin
Indahnya Senyum Anak-anak di Pulau Komodo
Indahnya Senyum Anak-anak di Pulau Komodo
Indahnya Senyum Anak-anak di Pulau Komodo
Indahnya Senyum Anak-anak di Pulau Komodo
Indahnya Senyum Anak-anak di Pulau Komodo
Jakarta - Perjalanan ke Pulau Komodo memang jadi mimpi banyak orang. Selain keindahan alamnya, kamu juga disambut dengan senyum manis dari anak-anak Pulau Komodo.Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat merubah dunia. Berikan aku 1.000 orang tua niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya dan berikan aku 10 pemuda maka akan aku goncangkan dunia. Sepenggal untaian kata dari sang inspirator bangsa Ir.Soekarno yang menjadi pendobrak dan pemacu semangatku sebagai generasi emas penerus bangsa tuk mengawali sebuah mimpi membangun dan memajukan negeri.Generasi muda adalah generasi penentu nasib dan kemajuan bangsa. Peran mahasiswa sebagai Agent of Social Change diperlukan untuk mengatasi permasalahan di Indonesia. Kami 15 pemuda pemudi bangsa yang tergabung dalam KKN Mandiri UNNES Desa Komodo, Nusa Tenggara Timur memiliki tekad kuat untuk mencerdaskan dan memajukan pendidikan bangsa di berbagai pelosok negeri sesuai cita-cita PBB yang tercantum dalam The Sustainable Development Goals (SDGs).Pulau Komodo adalah pulau yang terletak di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau Komodo dijadikan Taman Nasional oleh Pemerintah Indonesia dan diakui UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia yang menjadi The New 7 Wonders of Nature sebagai habitat asli reptil Komodo Dragon.Teriknya sinar mentari diiringi hembusan angin berdebu kota menemani awal perjalanan kami menyusuri hamparan gedung kota Semarang-Surabaya menggunakan kereta api yang menghabiskan waktu sekitar 5 jam pada hari Jumat 21 September 2018. Sebagai mahasiswa yang pintar, Tolak angin selalu menemani perjalanan kami dari Jawa hingga NTT agar menghindari masuk angin dan menjaga tubuh selalu sehat dan bugar. Yah layaknya slogan kami Ò€œOrang Pintar Minum Tolak Angin.Sesampainya di stasiun Pasar Turi Surabaya kaki kami tak henti melangkah menuju pelabuhan untuk mengarungi samudra menuju NTT menggunakan kapal Amarisa. Karena bererapa masalah, kapal kami mengalami delay selama 1 Hari sehingga kami memutuskan untuk menginap di pelabuhan. Dengan kompak kami saling menjaga barang bawaan dan bergantian tidur untuk menjaga keamanan tim. Canda tawa dan kehangatan tim mengiringi perjalanan kami. Makan nasi kucing bersama, tidur berjejer di pelabuhan layaknya ikan pindang, bermain kartu, bermain troli barang dan hal terpenting yaitu mengabadikan moment dengan jepretan kamera menjadikan tim kami lebih kompak.Kami mengarungi samudra selama 2 hari. Di kapal kami diajak mengelilingi anjungan oleh nahkoda dan kami dikenalkan cara-cara mengemudikan kapal oleh nahkoda. Pengalaman ini begitu berharga karena kami diajari langsung oleh kapten kapal. Kami juga berinteraksi dan sharing dengan penumpang kapal yang mayoritas adalah penduduk Flores.Senin 24 September 2018, Kaki kami terhenti di pelabuhan Labuan Bajo, NTT. Sinar jingga keemasan di langit timur menaungi pulau-pulau eksotis di NTT. Deburan ombak, angin sepoi-sepoi diiringi suara mesin kapal nelayan bersatu membentuk kedamaian yang jauh dari ingar bingar keramaian kota. Tak sabar kami ingin mengeksplore keindahan tanah timur ini. Kami berbagi tugas, sebagian mempersiapkan diri untuk presentasi di kantor Taman Nasional Komodo (TNK) dan sebagian membeli bekal makanan untuk bertahan hidup selama 45 hari di Desa Komodo. Saya bertugas untuk membeli bahan makanan dengan menggunakan mobil bemo diiringi lantunan lagu dangdut kami menuju pasar Waekesambi. Pasar di NTT tak jauh beda dengan pasar tradisional di Jawa hanya saja harga sembako disini lebih mahal.Tim Kami melanjutkan perjalanan menuju desa Komodo mengunakan kapal kecil nelayan. Kami mengarungi lautan timur sekitar 4 jam dari Labuan Bajo. Desa Komodo termasuk desa terpencil karena letak wilayah geografisnya berada di pulau paling luar dari Kabupaten Manggarai Barat. Sekitar pukul 19.00 WITA kaki kami terhenti di desa tujuan kami yaitu Desa Komodo. Lantunan ayat suci Al-Quran dan gema takbir adzan menyambut kedatangan kami. Sapaan hangat dan ramah penduduk desa yang membantu kami membawakan koper dari dermaga hingga Posko KKN melenyapkan segala kelelahan kami saat perjalanan. Desa Komodo terdiri dari 1.500 jiwa dengan mayoritas penghuni desa berasal dari Suku Komodo dan sisanya adalah peranakan Bugis atau Bima. Rata-rata penduduk desa berprofesi sebagai pemahat dan perajin suvenir kayu khas Komodo, nelayan dan Naturalist Guide. Desa Komodo hanya memiliki satu SD dan satu SMP. Jika ingin meneruskan sekolah, mereka harus melanjutkan pendidikan ke sekolah-sekolah yang ada di Labuan Bajo.Sesuai misi kami sebagai calon pendidik bangsa yang mencerdaskan generasi emas, kami memiliki program Komodo Pintar yaitu program mengajar di SD dan SMP yang mencakup pengajaran mata pelajaran, konservasi, sejarah, kesehatan dan kewarganegaraan. Kami juga mengajar cara cuci tangan dan gosok gigi yang baik, membuat vertical garden tanaman toga dengan memanfaatkan botol bekas, pemanfaatan limbah kardus menjadi frame foto, kerja bakti bersih lingkungan dan senam kebugaran jasmani. Sore hari biasanya kami bermain dengan anak-anak guna melestarikan permainan tradisional Komodo diselingi pemotongan kuku pada anak-anak. Saat malam hari kami memiliki program mentoring berupa les tambahan bagi anak SD dan SMP di Posko. Kami juga berusaha melestarikan tari dan lagu tradisional Komodo yang hampir punah dibantu oleh tokoh kesenian desa yaitu Bapak Suhardin untuk memberikan pelatihan Tari Arugelle kepada anak-anak.Selama di Desa Komodo, NTT saya selalu membawa Tolak Angin untuk Mengatasi Masuk Angin karena perbedaan cuaca dan suhu antara di Jawa dan di NTT membuat tubuh saya menjadi tidak sehat. Tolak angin sangat membantu saya selama perjalanan 3 hari dari Semarang-Desa Komodo menggunakan mobil, kereta dan kapal. Tubuh saya menjadi fit, sehat dan bugar sehingga saya bersemangat dalam melakukan kegiatan KKN. Terima kasih Tolak Angin, 0rang pintar minum Tolak Angin.
Hide Ads