Kisah Para Perantau Belanda yang Berpuasa Saat Corona

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Para Perantau Belanda yang Berpuasa Saat Corona

Ristiyanti Handayani - detikTravel
Selasa, 28 Apr 2020 12:40 WIB
loading...
Ristiyanti Handayani
Mengikuti ceramah online sekaligus acara buka puasa bersama virtual.
Tampak Musala kecil SGB yang terletak di sudut persimpangan jalan.
Kerinduan kami akan suasana buka bersama seperti tahun lalu
Rindu menyantap cemilan sederhana khas Indonesia saat acara buka bersama
Karena wabah Corona kami tidak bisa shalat Idul Fitri seperti tahun lalu
Kisah Para Perantau Belanda yang Berpuasa Saat Corona
Kisah Para Perantau Belanda yang Berpuasa Saat Corona
Kisah Para Perantau Belanda yang Berpuasa Saat Corona
Kisah Para Perantau Belanda yang Berpuasa Saat Corona
Kisah Para Perantau Belanda yang Berpuasa Saat Corona
Jakarta - Menjalankan ibadah puasa Ramadhan di Belanda bukan perkara mudah bagi para perantau. Terlebih di tengah pandemi corona seperti sekarang.Segenap umat muslim di seluruh dunia senantiasa menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan penuh antusias. Bulan yang penuh berkah dan maghfirah, di mana setiap muslim yang mampu melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh. Di bulan inilah kaum muslim belajar menahan hawa nafsu, memperbanyak ibadah, mempererat tali silaturahmi dan berbagi rezeki dengan sesama lewat zakat, infak dan sedekah. Tanpa mengurangi kekhidmatan dan kekhusukan, tapi kiranya bulan Suci Ramadhan tahun ini akan terasa jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Wabah Corona yang melanda dunia saat ini, membuat kekhawatiran dan kepanikan serta kesedihan. Segala aturan diujicobakan dan diterapkan untuk mengurangi dampak terparah virus COVID-19, sebelum vaksin ditemukan. Para diaspora atau WNI yang bermukim di perantauan seperti juga yang tinggal di Utrecht Belanda, dengan penuh kesadaran mengikuti dan mentaati himbauan dan aturan pemerintah setempat.Komunitas muslim Indonesia di Utrecht, termasuk saya yang tergabung dalam perkumpulan SGB-Utrecht (Stichting Generasi Baru), menyambut bulan suci Ramadhan tahun ini dengan beragam agenda kegiatan yang disesuaikan dengan aturan pemerintah setempat, di antaranya:Tahsin Al-Quran secara online, ceramah online menjelang berbuka, iftar virtual, program berbagi makanan berbuka puasa bagi jamaah yang membutuhkan. Terutama yang lagi sakit atau mungkin masih dalam proses karantina mandiri dan juga buat teman-teman pelajar yang tinggal sendiri atau yang baru datang ke Belanda.Program ZIS RamadhanInsya Allah untuk Ramadhan tahun ini, SGB Utrecht kembali memfasilitasi jamaah SGB dan juga masyarakat muslim Indonesia di Belanda yang ingin menyalurkan zakat fitrah, zakat maal, infaq dan sedekah-sedekah Ramadhan lainnya lewat SGB.Donasi Ramadhan ini nantinya akan didistribusikan ke anak-anak yatim, kaum dhuafa dan orang-orang yg membutuhkan di Indonesia dengan bekerjasama dengan lembaga kemanusian dan amil zakat di Indonesia seperti Human Initiative dan Yakesma.Kajian online setiap pekanKajian online ini terbagi 2, ada yang kami adakan bekerjasama dengan pengajian-pengajian kota se-Belanda yg tergabung dalam FORKOM-NL dan ada juga kajian online berseri yakni kajian Ulumul Quran dengan tema stay at Home with al Quran yang diberikan oleh ustadz Dr Saiful Bahri, Lc, MA selama bulan suci Ramadhan.Himbauan untuk sebisa mungkin berdiam di rumah, jaga jarak dan dilarang mengadakan pertemuan, membuat kami tidak bisa berkumpul seperti biasa di musala kecil yang terletak di Bazelstraat 31 untuk melaksanakan acara buka puasa bersama.Para WNI, baik itu yang menetap, para pelajar dan para pekerja, tahun- tahun sebelumnya biasanya setiap hari sabtu selama Ramadhan berkumpul saling melepas rindu, bersilaturahmi dan saling berkisah kegiatan masing-masing, merasakan hangatnya persaudaraan di rantau saat buka puasa bersama.Para ibu yang tergabung dalam grup pengajian An-Nissa bergotong royong, bahu membahu menyiapkan takjil dan santap berbuka dengan menu khas Indonesia. Kami akan begitu kehilangan suasana Ramadhan dalam kebersamaan. Durasi waktu puasa sekitar 17 s.d 18 jam lebih selama satu bulan lamanya tanpa silaturahmi ragawi, berdiam di rumah, tak ada shalat berjamaah di musala dan masjid, membuat Ramadhan kali ini akan terasa sedikit sunyi dan hampa. Dengan ditutupnya masjid-masjid dan musala karena wabah COVID-19, ada kesedihan yang luar biasa. Umat muslim merasakan hilangnya koneksi spiritual yang dapat diperoleh dari doa-doa jamaah. Manusia memang membutuhkan ruang kebersamaan alami yang hidup disertai jiwa nan bebas, bukan sekedar sekat gambar dan suara teknologi. Semoga wabah ini cepat teratasi, dan kita semua kembali beraktifitas seperti sediakala dengan penuh rasa syukur. Marhaban yaa Ramadhan 1441 H.
Hide Ads