Cerita Lebaran WNI di Utrecht Saat Pandemi
Sabtu, 30 Mei 2020 15:25 WIB

Ristiyanti Handayani

Jakarta - Merayakan momen Lebaran di negeri orang tentu cukup berbeda. Terlebih di tengah pandemi corona seperti sekarang.Bagi para perantau yang bermukim di negeri orang, berlebaran adalah salah satu agenda yang selalu dinanti. Kami biasanya berkumpul untuk shalat Ied berjamaah, bersilaturahmi dan halal bil halal, sambil melepas kerinduan satu sama lain.Namun lebaran tahun ini, karena wabah Corona, kami tidak diperkenankan untuk melaksanakan aktifitas seperti layaknya lebaran tahun-tahun sebelumnya.Senantiasa ada suka cita yang khidmat, menyambut datangnya hari raya Idul Fitri bagi seluruh muslim di seluruh dunia. Setelah selama sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadan, tibalah hari kemenangan pada tanggal 1 Syawal, yang dirayakan secara berjamaah. Tradisi saling berkunjung, bersilaturahmi saling bermaafan, saling berkirim kudapan lezat khas lebaran, berkumpul bersama keluarga besar, mudik ke kampung halaman, memakai pakaian terbaik atau baru, berziarah ke pemakaman, pembagian angpau lebaran dan segala rupa hiruk pikuk kesibukan berkaitan dengan suasana lebaran.Meski terkadang aneka rupa kesibukan tersebut membuat kita lelah, namun kelelahan itu seakan terbayar dengan rasa suka cita penuh syukur, mengiringi langkah mengharapkan bertemu kembali dengan Ramadan dan Idul Fitri selanjutnya. Indahnya perayaan Idul Fitri sebelum wabah Corona. Tak satupun penduduk bumi yang menyangka, dampak pandemi Corona yg disebabkan oleh virus Covid-19, begitu masif menyebar ke hampir seluruh permukaan bumi. Hampir semua penduduk jagat semesta dihimbau untuk sebisa mungkin berdiam di rumah, membatasi segala bentuk interaksi dengan orang lain selain anggota keluarga satu rumah.Pembatasan pergerakan dan mobilisasi penlduduk berlaku bukan hanya bersifat lokal, tapi juga regional dan international. Hal ini bertujuan untuk lebih meminimalisir dampak wabah yang mematikan ini semakin meluas dan merajalela. Begitu besar dampak yang kami rasakan akibat wabah ini, terutama dalam aspek sosial kemasyarakatan, ekonomi dan budaya. Begitu sangat terasa dampak Corona di saat kami melaksanakan ibadah puasa Ramadan dan Idul Fitri atau lebaran. Bagi saya yang bermukim di negeri orang, lebaran adalah salah satu peristiwa istimewa yang dinanti. Bila saya tidak mudik ke tanah air, maka perayaan Idul Fitri bersama-sama dengan sesama WNI perantau di Utrecht, menjadi salah satu cara melepas kerinduan akan kampung halaman, sekaligus juga mempererat jalinan silaturahmi dan memperkokoh tali persaudaraan di rantau. Kami melakukan aktifitas perayaan dan tradisi lebaran seperti pada umumnya yang dilakukan di tanah air. Perayaan dan tradisi lebaran tahun ini, begitu kontras berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kami merayakan lebaran hanya dengan anggota keluarga satu rumah, di sekitaran rumah saja. Suasana hari raya Idul Fitri 1441 H yang di Belanda jatuh bertepatan pada hari minggu, 24 Mei 2020, sungguh bagi saya dan suami terasa sedikit sunyi dan hampa, ditambah lagi cuaca di luar pada hari itu yang mendung dan hujan. Setelah kami shalat Ied di rumah sekitar pukul 8.30 CET, lalu santap sedikit menu lebaran yang telah tersaji di meja makan, tak lama kemudian mengantarkan sedikit makanan kepada tetangga-tetangga terdekat, yang kebetulan semuanya non muslim.Alhamdulillah kami masih bisa bersilaturahmi dan mengobrol sejenak dengan para tetangga yang kami kunjungi, meski kami tetap harus jaga jarak sekitar 1,5 meter sesuai himbauan pemerintah. Selesai safari ke tetangga barulah kami teleconference dengan keluarga di Indonesia, saling melepas rindu dan berbagi keceriaan lebaran yang tak biasa.Β Begitu unik gaya lebaran muslim tahun ini, berjamaah, berkumpul, berziarah ke pemakaman, bersilaturahmi, berfoto ramai-ramai, berpelukan , bersimpuh, dan berjabat tangan erat sambil mengucapkan Mohon Maaf lahir & batin, seakan dihindari sebisa mungkin secara ragawi.Hanya di dunia maya, dengan koneksi internet dan quota yang cukup dan memadailah kami bisa bersilaturahmi dengan orangtua, keluarga, kerabat, sahabat dan teman. Kami sangat merindukan suasana lebaran yang normal. Semoga wabah Corona ini cepat berlalu, dan Semoga kami dipertemukan kembali dengan Ramadan dan Idul Fitri yang normal di tahun-tahun mendatang. Taqabbalallaahi minnaa wa minkum taqabbal yaa Kariim.Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Mohon maaf lahir & batin
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan