Jakarta - Perang berdampak pada kehancuran bagi manusia dan lingkungan. Di sisi lain, setelah perang liar dan alam bisa berkembang dengan indah di zona demiliterisasinya.
Foto: Surga Tak Sengaja Tercipta oleh Perang

Pada tahun 1953, permusuhan antara Korea Utara dan Korea Selatan berakhir ketika ditandatangani sebuah perjanjian gencatan senjata. Itu menghasilkan zona demiliterisasi (DMZ) yang kini dihuni hewan-hewan langka (Foto: CNN)
Zona demiliterisasi (DMZ) antar kedua negara sepanjang 250 kilometer dengan lebar rata-rata 4 kilometer.Β Militer tetap ada dan sangat jarang warga sipil diizinkan masuk ke DMZ (Foto: CNN)
EfekΒ tak ada manusia di DMZ Korea adalah penemuan bukti beruang hitam Asia yang langka, Amur Leopards, dan Amur gorals (sejenis kambing gunung) yang tinggal di sana oleh para pasukan (Foto: CNN)
Anggrek Lebah Siprus yang langka dan Tulip Siprus dilaporkan tumbuh subur di zona penyangga Garis Hijau Siprus.Β Ada pula 356 spesies tanaman lainnyaΒ danΒ mouflon, domba liar bertanduk melengkungΒ di sana dalam jumlah ratusan (Foto: CNN)
Kawat berduri jadi pembatas Dataran Tinggi Golan, sebuah dataran tinggi yang memisahkan Israel dan Suriah jadi tempat perlindungan satwa liar. PBB mengontrol zona demiliterisasi seluas lebih dari 230 km persegi (Foto: CNN)
DMZ Dataran Tinggi Golan dikenal sebagai Area Pemisahan, kawasan ini dijaga ketat. Di luar benteng dan ladang ranjau, pasukan PBB melaporkan bahwa ada fauna dan flora yang indah tapi berbahaya. Dataran Tinggi Golan dan Gunung Hermon di bagian utara dari zona penyangga adalah rumah bagi hutan ek dan terebinth, anggrek langka, kucing liar, rusa, hyena, dan babi hutan (Foto: CNN)
Setiap beberapa kilometer Zona penyangga Dataran Tinggi Golan terdapat bunker militer yang tidak digunakan. Tempat ini menarik sejumlah satwa liar, ada kelelawar, landak, rubah, burung hantu, dan lainnya (Foto: CNN)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!