Jakarta - Suku Baduy ingin dihapus sebagai destinasi wisata. Keinginan itu murni datang dari masyarakat Suku Baduy sendiri karena merasa terusik dengan pariwisata.
Picture Story
Begini Kehidupan Suku Baduy yang Minta Jokowi Coret Jadi Tujuan Wisata

Masyarakat Adat Baduy mengajukan permohonan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar menghapuskan kawasan adat Baduy sebagai destinasi wisata. Mereka merasa terusik oleh 'hilir mudik' pariwisata. Sebagai gantinya mereka berharap wilayah Baduy ditetapkan menjadi cagar alam dan cagar budaya. Istimewa Β
Jaro Saidi, salah satu Pemangku Adat di Baduy mengungkapkan keresahannya bahwa pencemaran lingkungan di wilayah Baduy semakin mengkhawatirkan. Banyak pedagang dari luar Baduy berdatangan ke dalam, sebagian besar menjual produk makanan minuman berkemasan plastik sehingga mendatangkan persoalan baru. Rafida Fauzia/detikcom Β
Pertemuan tersebut juga sekaligus memberikan mandat kepada tim dari luar wilayah Baduy yang dikepalai oleh Heru Nugroho, dan 3 anggota lainnya yaitu Henri Nurcahyo, Anton Nugroho, dan Fajar Yugaswara. Mereka dipercaya oleh Lembaga Adat Baduy untuk bisa menyampaikan aspirasi dan mengirimkan surat terbuka kepada Presiden, beberapa Kementerian dan perangkat daerah wilayah Banten. Istimewa Β
Aspirasi masyarakat Baduy sendiri ingin agar wilayah adat Baduy dijadikan Cagar Alam atau Cagar Budaya. Jika jadi Cagar Alam atau Cagar Budaya, maka akan meningkatkan nilai keberadaan adat Baduy, baik dari segi eksklusivitas dan yang terpenting bisa menjaga tatanan dan tuntunan adat. Rafida Fauzia/detikcom Β
Saat wisatawan tidak bisa masuk karena pandemi COVID-19, masyarakat adat Baduy mengaku 'menikmati' suasana ketika tidak ada orang luar yang masuk ke wilayah adat. Rafida Fauzia/detikcom Β
Keinginan untuk dihapus sebagai destinasi wisata, sampai dihapus dari Google murni datang dari masyarakat Suku Baduy sendiri. Rafida Fauzia/detikcom Β
Nantinya jika dijadikan Cagar Alam atau Cagar Budaya, wisatawan boleh-boleh saja untuk datang berkunjung ke pemukiman suku Baduy. Rafida Fauzia/detikcom Β
Suku Baduy berharap wisatawan yang datang bukan semata-mata untuk menjadikan mereka tontonan. Mereka meminta agar pelancong berniat untuk silaturahmi. Rafida Fauzia/detikcom Β
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (kemenparekraf) merespons kabar keinginan Suku Baduy untuk dihapus dari destinasi wisata nasional dan Google. Kemenpar bakal mencari solusinya sekaligus menunggu arahan Presiden RI. Rafida Fauzia/detikcom Β
Kemenpar juga menyadari wisata adat memang memiliki daya tarik yang dibentuk melalui keunikan, kekhasan, lokalitas dan pembeda. Tapi, Kemenpar belum dapat berbuat banyak soal permintaan masyarakat adat Baduy ini. Kemenpar akan menunggu arahan dari Presiden Joko Widodo. Rafida Fauzia/detikcom Β
Namun di sisi lain, Jaro Saija selaku kepala desa adat urusan pemerintahan Kanekes mengatakan ada yang dirugikan atas usulan agar Baduy dihapus dari destinasi wisata. Usulan itu bisa membuat sebagian orang tersinggung. Rafida Fauzia/detikcom Β
Banyak pihak yang pro dan kontaΒ dengan ditutupnya Baduy dari umum, karena Baduy dinilai dapat memberikan banyak pelajaran bagi masyarakat umum yang ingin lebih mendekatkan diri kepada alam. Rafida Fauzia/detikcom Β
Pertanyaan pun muncul, apakah perlu wisatawan yang mau berkunjung ke Baduy harus diseleksi terlebih dahulu? Rafida Fauzia/detikcom Β

Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!