Sukabumi - Beberapa waktu yang lalu, kami mendatangi Kampung Adat Ciptagelar di Sukabumi. Beginilah suasana desanya yang syahdu.
Foto Kampung Ciptagelar, Desa Syahdu di Sukabumi
Tulisan Ciptagelar di bukit atas kampung adat. Dari sini, traveler bisa melihat seluruh kawasan desa.
Inilah kampung adat di Sukabumi yang paling unik, dan kini terbagi menjadi tiga. Di dalam kawasan desa wisata ini tak ada penjual nasi, karena memang dilarang.
Hamparan sawah dan perbukitan menghijauΒ mengelilingi Kampung Adat Ciptagelar.
Bangunan kembar ini dinamakan Leuit atau lumbungΒ untuk menyimpan padi.
Pemandangan ikonik di Kampung Adat Ciptagelar.
Pemimpin mereka masih bersaudara, yakni dari Kampung Adat Cipta Mulya, Sinaresmi, dan Ciptagelar. Dalam adat, bentuk dari kelompok mereka juga dinamai kasepuhan.
Lapangan serbaguna di Kampung Adat Ciptagelar.
Tempat pembuangan di Kampung Adat Ciptagelar.
Toilet umum di Kampung Adat Ciptagelar
Leuit utama di Kampung Adat Ciptagelar.
Beberapa waktu lalu, tim detikcom mengunjungi dua di antaranya, yakni Kampung Adat Ciptagelar dan Sinaresmi. Dari keduanya memang ada persamaan, sama-sama menyediakan makan di Imah Gede atau rumah paling besar di antara semua bangunan di kampung itu.
Perasaaan guyub dan desa wisatanya lebih berasa di Kampung Adat Ciptagelar. Mungkin karena posisi desa ini yang berada jauh dari jalan utama, yakni sejauh 1,5 jam perjalanan melewati kaki gunung di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Kampung Adat Ciptagelar ada di dataran tinggi, dari gadget kami menunjukkan ketinggiannya sekitar 1.133 MDPL.
Kompor tungku kayu bakar di rumah itu tidak pernah padam. Siang malam selalu ada yang menjaganya dan digunakan untuk berbagai macam keperluan.
Di Imah Gede ini,Β para ibu dan bapak yang selalu bergantian menjaga tungku atau membuat dapur di kasepuhan selalu menyala. Mereka yang memasak nasi, sayur, hingga lauk pauk.
Nasi di Imah Gede tak dijual. Makanan itu untuk kami, para pendatang dari luar atau tamu abah atau orang yang dituakan di desa wisata.
Dari ojek, kami juga diberitahu bahwa penjual keliling yang berjualan di Kampung Adat Ciptagelar juga menyempatkan diri untuk beristirahat di Imah Gede. Selain melepas lelah, mereka juga diperbolehkan makan besar dan memakan camilan yang ada.

Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan