Puncak Carstensz tak hanya jadi destinasi impian pendaki Indonesia. Para pendaki profesional dari berbagai negara berlomba-lomba menyambangi Pegunungan Sudirman Taman Nasional Lorentz, Papua, demi menggapai puncak tertinggi di lempengan Australasia itu.
Sofyan Arief Fesa adalah salah satu pendaki yang pernah berdiri di Puncak Carstensz. Ini adalah pendakian pertamanya sebelum merampungkan 7 puncak tertinggi sedunia (World Seven Summits) tahun 2009-2011.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendakian tersebut, kisah Sofyan, bertujuan untuk mengganti tali yang membentang sepanjang basecamp menuju puncak. Ia menuju puncak bersama 7 orang anggota tim ekspedisi, lewat jalur Freeport di Timika.
"Waktu itu 35-40 hari, belum ada sponsor apa-apa jadi peralatan seadanya. Pakai jaket yang katanya anti air, padahal nggak anti air sama sekali. Apalagi tiap hari hujan terus!" kisah Sofyan.
Ya, saat itu matahari hanya muncul sekitar 30 menit dalam sehari. Sisanya, lanjut Sofyan, hujan bahkan badai salju. Dari basecamp menuju puncaknya pun treknya sangat sulit. Tak hanya butuh keahlian hiking, tapi juga rock climbing.
"Ada beberapa teknik yang dibutuhkan seperti ascending dan descending, single rope, dan scrambling. Apalagi dari Yellow Valley alias basecamp sebelum puncak, waktunya 4-5 jam mendaki tebing batu kemiringan 80 derajat," paparnya.
Selain Sofyan, anggota lain Mahitala Universitas Parahyangan yang juga ikut dalam ekspedisi Pegunungan Sudirman waktu itu adalah Saverius Frans. Di usianya yang ke 26, Frans sudah menaklukkan 7 puncak dunia alias World Seven Summits.
"Waktu mendaki Carstensz, lebih banyak suka daripada dukanya. Ini adalah pendakian pertama dari 7 puncak dunia, banyak hal baru yang ditemukan. Sudah jalan berpuluh hari, bersama orang-orang yang sama, semua duka tampaknya jadi suka," tutur Frans.
Kalaupun ada hal yang tidak biasa, lanjut Frans, paling-paling adalah tidak mandi selama sebulanan. Apalagi dengan kondisi cuaca yang sangat tidak bersahabat. Matahari jarang muncul, hujan dan badai selalu menerjang.
Tapi dari segala keluh kesah, suka duka pendakian Carstensz, apa yang membuat para pendaki ini ingin kembali lagi?
"Indonesia punya salah satu dari World Seven Summit. Tapi kok, jarang orang Indonesia yang sampai di sini. Orang Singapura bahkan lebih dulu mencapai Carstensz daripada kita. Kita harus bangga, harus bisa," tegas Sofyan.
(sst/sst)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!