Masuk Terowongan Bawah Tanah ke Korea Utara, Berani?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Laporan dari Korsel

Masuk Terowongan Bawah Tanah ke Korea Utara, Berani?

- detikTravel
Selasa, 07 Okt 2014 16:33 WIB
Terowongan bawah tanah menuju Korea Utara (Meylan/detikTravel)
Pujo - Sisa-sisa konflik Korea Utara dan Korea Selatan bisa ditemukan di daerah perbatasan kedua negara. Salah satunya adalah terowongan-terowongan rahasia yang berada di bawah tanah. Berani masuk ke sana?

Setelah Perang Korea (5 Juni 1950-27 Juli 1953) berakhir, hubungan Korut dan Korsel tak sepenuhnya harmonis. Masih ada ketegangan antara kedua negara yang tak jarang berujung pada pertempuran, terutama di Zona Demiliterisasi Korea (DMZ). Bahkan pada tahun 1966-1969 Korut dan Korsel (yang dibantu Amerika Serikat) kembali terlibat konflik bersenjata.

Korut beberapa kali berusaha menginvasi Korsel. Setelah beberapa usaha penyusupan digagalkan oleh Korsel, Korut menempuh cara lain, yakni lewat bawah tanah. Hal ini terbukti lewat ditemukannya sejumlah terowongan di wilayah perbatasan kedua negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terowongan pertama ditemukan pada 20 November 1974 dan hingga kini pihak Korsel dan AS telah menemukan empat terowongan. Diduga masih ada lebih banyak terowongan yang belum terungkap dan pihak militer pun secara rutin melakukan penggalian untuk mencarinya.

detikTravel berkesempatan untuk melihat dari dekat dan masuk ke terowongan ketiga (Third Infiltration Tunnel), yang ditemukan pada 17 Oktober 1978, pada Sabtu (4/10/2014) lalu. Terowongan ini terletak di DMZ, tepatnya di Kota Paju, Provinsi Gyeonggi, Korsel.

Terowongan ini berjarak sekitar 52 kilometer dari ibukota Korsel, Seoul. Untuk bisa ke sana kita bisa memakai bus tur yang disediakan oleh berbagai agen wisata di Korsel atau bus-bus shuttle. Jangan lupa membawa paspor karena paspor adalah syarat utama untuk bisa memasuki DMZ.

Terowongan ini memiliki panjang total 1.635 meter dan diprediksi bisa dilewati oleh 30 ribu tentara per jam. Letaknya 73 meter di bawah permukaan tanah. Bagi yang punya penyakit tertentu, seperti asma, disarankan untuk tidak memaksakan diri masuk ke terowongan.

Untuk masuk ke terowongan ini, setiap pengunjung harus melewati jalan menurun sejauh 350 meter dengan kemiringan 11 derajat. Pengunjung juga harus memakai helm yang telah disediakan oleh pihak pengelola. Ini demi keselamatan mereka sendiri karena ukuran terowongan ini tidaklah besar. Tingginya cuma 2 meter dan lebarnya pun cuma 2 meter. Kalau tidak hati-hati, kepala kita bisa terantuk dinding terowongan yang amat keras.

Setelah berjalan 350 meter ke bawah, pengunjung bisa memasuki terowongan. Suasananya cukup gelap meski ada lampu penerangan. Bagian bawah terowongan telah dilapisi oleh karet, tapi masih cukup becek dan berair. Karena ukuran terowongan yang tidak sama di semua sisi, kita harus beberapa kali berjalan merunduk. Meski terowongan ini berada jauh di bawah tanah, pihak pengelola telah mengatur sirkulasi udara lewat pipa-pipa khusus sehingga hawa di dalamnya cukup sejuk.

Panjang total terowongan memang 1.635 meter (1.200 meter di Korut, 435 meter di Korsel), tapi yang dibuka untuk publik hanya 265 meter saja. Di ujung terowongan, pengunjung akan menemui dinding pembatas. Ada tiga lapis dinding pembatas dan dinding ketiga (titik terjauh yang bisa dicapai pengunjung) hanya berjarak 170 meter dari garis demarkasi militer. Garis demarkasi militer adalah garis perbatasan Korut dan Korsel yang letaknya ada di tengah-tengah DMZ.

Para pengunjung dilarang keras untuk mengambil gambar selama berada di dalam terowongan. Pihak pengelola menempatkan banyak sekali CCTV di terowongan untuk melakukan pengawasan.

Ada cerita menarik terkait awal ditemukannya terowongan ketiga ini pada tahun 1978. Ketika pertama kali Korsel menemukan terowongan ini, pihak Korut berdalih mereka melakukan penggalian demi kepentingan pertambangan batu bara. Tapi, sejumlah bukti menunjukkan bahwa terowongan itu sebenarnya dibuat untuk melakukan invasi ke Korsel.

Beberapa bukti di antaranya adalah lubang-lubang bekas dinamit, yang dipasang untuk meledakkan lapisan granit, mengarah ke selatan. Selain itu, meski batu bara tak pernah ditemukan di terowongan ini, pihak Korut diduga menempelkan bubuk batu bara di dinding terowongan agar seolah-olah terowongan ini terlihat sebagai bekas pertambangan batu bara.

Pihak Korsel melakukan pengeboran pada tahun 2003 untuk membuat jalan dari permukaan tanah menuju terowongan ini. Sejak 30 Juni 2004, terowongan ini dibuka sebagai tempat wisata untuk umum.

(sst/sst)

Hide Ads