Bus Malam Antarkota di Jepang, Bangkunya Pakai 'Tudung Saji'

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Laporan dari Jepang

Bus Malam Antarkota di Jepang, Bangkunya Pakai 'Tudung Saji'

- detikTravel
Jumat, 27 Feb 2015 17:32 WIB
Bus malam Willer Express (Fitraya/detikTravel)
Kyoto -

Untuk para backpacker, kereta peluru Shinkansen bukan menjadi pilihan untuk pergi dari Kyoto ke Tokyo. Mereka naik bus malam yang jauh lebih murah, tapi tetap seru karena bertemu traveler lain dan bangkunya yang unik.

Salah satu operator bus malam yang melayani rute Kyoto-Tokyo adalah Willer Express. Terminalnya ada di sisi selatan Stasiun Kyoto. detikTravel menjajal bus ini dalam perjalanan dari Kyoto ke Tokyo beberapa waktu lalu bersama tim Dream Destination Japan.

Bus ini menjadi pilihan para budget traveler karena dua hal. Pertama harga tiketnya lebih murah dari Shinkansen. Kedua jam keberangkatannya malam hari dan tiba di Tokyo pagi hari. Jadi para traveler hitung-hitung bermalam di bus dan hemat ongkos penginapan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya para traveler memesan tiket bus secara online di situs resmi Willer Express. Harganya bervariasi mulai dari 6.500-11.000 Yen (Rp 700 ribu-1,1 juta), ini akan menentukan jenis bangku yang Anda duduki. Makin nyaman dengan fasilitas macam-macam, makin mahal harga tiketnya. Tinggal print pemesanannya dan tunggulah di sebelah selatan Stasiun Kyoto.

BACA JUGA: Siapa Sangka, Anak Gaul Kyoto Nongkrongnya di Atap Stasiun

Menjelang jadwal yang ditentukan, bus kami datang. Ransel besar masuk kolong bus dan kami pun duduk sesuai penempatan nama yang dipegang kondektur yang seorang perempuan paruh baya. Pukul 21.05 waktu setempat, bus pun berangkat.

Di samping saya adalah traveler asal Jerman bernama Thomas yang juga baru pertama kali ke Jepang dengan gaya backpacker. Kami langsung ramai berbincang, sementara kawan-kawan yang lain juga asyik mengobrol.

Tak disangka, kondektur datang memarahi kami dalam bahasa Jepang. Dia menempelkan jari telunjuk ke mulut, maksudnya agar kami tidak ribut dan memberikan bahasa isyarat untuk tidur. Rupanya, bus ini dirancang agar penumpangnya bisa tidur dengan nyaman. Bahkan kami pun tidak boleh membuka tirai jendela agar lampu neon jalanan tidak mengganggu mata para penumpang.

Uniknya lagi, setiap bangku diberi semacam tudung saji di bagian kepala yang bisa dilipat. Tinggal buka tudung saji menutupi kepala Anda, suasana gelap pun tercipta.

BACA JUGA: 3 Hari Menikmati Nuansa Jepang yang Klasik di Kyoto

Gara-gara dilarang buka tirai jendela, saya jadi sungguh penasaran dengan suasana jalan tol di Jepang. Ketika bus berhenti di rest area jalan tol, saya pun turun demi menikmati suasana. Angin dingin musim gugur saat itu memaksa saya merisleting jaket yang saya pakai.

Rest areanya sangat rapi namun sunyi senyap. Parkiran rest area penuh terisi truk-truk kontainer besar. Pasti ini truk yang menempuh jarak jauh sehingga sopirnya tidur dulu di rest area.

Bus pun jalan kembali dan saya tertidur. Ketika bangun, cahaya matahari mengintip di sela-sela jendela yang tertutup tirai. Beberapa penumpang lain sudah bangun dan sepertinya kami sudah tidak dilarang membuka tirai. Kami pun sudah berada di Tokyo entah sebelah mana.

Pemandangan di jendela bus adalah orang-orang yang mulai beraktivitas berangkat kerja. Tak terasa, bus pun sampai tujuan pukul 07.05 waktu Jepang. Kami bukan di terminal melainkan sebuah halte sederhana tidak jauh dari Stasiun Shinjuku. Karena tidur cukup nyenyak, kami pun siap menjelajah Tokyo pagi itu...

BACA JUGA: Liburan Keluarga 3 Hari di Kyoto, Mau?

(fay/fay)

Hide Ads