Setibanya di Okayama, detikTravel dan rombongan media dari Indonesia dalam perjalanan menjelajahi Jepang atas undangan Japan National Toursim organizatin (JNTO) dan Cathay Pacific, mampir ke Kurashiki Bikan Historical Quarter. Tempat apa ini?
"Ini adalah tempat yang masih banyak rumah-rumah dan bangunan Jepang ratusan tahun lalu," ujar Tatsuo Yoshino, pemandu wisata asal Jepang.
Dari situs resmi Kurashiki Visitor Guide, Kurashiki Bikan Historical Quarter merupakan kawasan kota tua Jepang yang masih terpelihara baik. Asal tahu saja, umur bangunan di sana umurnya sudah mencapai 300 tahun.
Suasananya benar-benar mirip pemandangan Jepang tempo dulu. Rumah-rumah kayu yang berhimpitan dan berjejer rapi. Fondasi bangunannya dibuat dari kayu, dengan pintu yang modelnya digeser. Serta, jalanan yang sempit dan banyak gang kecil. Jangan harap bisa melihat gedung pencakar langit di sini.
Rumah-rumah di Kurashiki Bikan Historical Quarter ternyata masih digunakan sebagai tempat tinggal oleh masyarakat setempat. Selain rumah, ada pula yang menjadi rumah makan dan restoran tapi tetap tidak memberikan sentuhan modern.
Di bagian tengah Kurashiki Bikan Historical Quarter terdapat kanal yang asri. Burung-burung bangau bersantai di permukaan airnya dan pepohonan rindang menghiasi tepiannya. Turis bisa naik perahu kayu untuk menelusuri kanalnya. Asyik!
Bicara soal sejarah, kawasan tersebut tetap berdiri utuh dari zaman Edo (1604-1868) sampai zaman Meiji dan Taisho (1868-1926). Meski begitu, kawasannya tetap dipelihara oleh pemerintah setempat dengan baik. Masyarakatnya sendiri, juga menjaga keasliannya.
Lanjut di tahun 1930-an, muncul Magosaburo Ohara. Seorang pengusaha sukses sekaligus dermawan. Dia membangun Ohara Museum of Art, sebagai museum di Jepang pertama yang menyimpan koleksi kesenian negara-negara barat. Museumnya pun bergaya ala bangunan Eropa, yang punya pilar dan dihiasi halaman luas dengan bunga-bunga yang cantik.
Bikan Historical Quarter sendiri memiliki beberapa tempat bersejarah. Beberapa di antaranya yakni, Ohara Museum of Art, Museum Momotaro Karakuri Hakubutsukan, Museum Japan Toy, Kuil Achi, Shinkei-en Garden (tempat upacara minum teh Jepang secara tradisional) dan masih banyak lagi. Untuk masuk ke tempat-temopat itu, dikenakan biaya. Tapi kalau hanya berkeliling Bikan Historical Quarter saja, gratis!
Traveler yang ingin merasakan suasana Jepang di masa lampau, harus datang ke Bikan Historical Quarter. Belum lagi bagi yang suka foto-foto, kawasan ini menjanjikan pemandangan yang tiada dua. Siapkan kamera untuk foto terbaik Anda.
(aff/fay)
Komentar Terbanyak
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Tanduk Raksasa Ditemukan Warga Blora, Usianya Diperkirakan 200 Ribu Tahun