"Syahrini, Cita Citata, Ayu Ting Ting," begitu para penjual ramai-ramai memanggil para jemaah umrah asal Indonesia seperti diperhatikan detikTravel awal Juni lalu.
Umumnya, jemaah perempuan asal Indonesia pasti akan menengok ke arah si pemanggil, meskipun sudah jelas, itu bukan nama mereka. Penyebabnya tak lain adalah perasaan geli karena mereka disamakan dengan artis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aku menoleh lalu pergi berlalu," ujar Astri ke Madinah dalam rangka umrah.
Astri mengaku takut jika penjual bertingkah berlebihan. Apalagi jika kebetulan sedang berjalan sendiri, umumnya Astri hanya akan mampir ke lapak penjual yang tidak terlalu banyak gaya.
"Makanya kalau dipanggil yang aneh-aneh macem Syahrini aku pasti cuma noleh doang trus pergi," imbuhnya.
Lain lagi pengalaman Tita yang belum lama berkunjung ke Madinah. Suatu kali, penjaga toko gamis memanggil-manggilnya dengan ramah. "Syahrini, kemari. Lihat-lihat," panggil si penjual dengan suara manis, dalam bahasa Indonesia.
Ya, di Madinah dan Makkah, banyak penjual yang bisa berbahasa Indonesia meski tidak terlalu lancar. Merasa ada nada ramah dari si penjual, Tita pun masuk ke toko tersebut. Tita masih melihat-lihat baju yang ada, namun si penjual langsung memberondongnya dengan harga. Tita menggeleng karena tidak ada baju yang disukainya. Namun si penjual seolah-olah memaksanya untuk membeli.
"Dia tawarkan baju yang tadinya 120 SAR jadi cuma 40 SAR. Tapi takut karena dia kayak maksa gitu. Malah dia sempat ngejar saya yang sudah keluar toko," kata Tita.
Seperti Astri, Tita juga lebih memilih penjual yang kalem. Biasanya penjual yang gemar memanggil-manggil nama artis adalah yang memiliki toko. Sementara penjual yang menggelar dagangan di emperan jalan sibuk mengamankan barang dagangannya sehingga mereka tak punya waktu untuk panggil-panggil. Paling mereka langsung meneriakkan harga barang dagangannya untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat.
"Kalau yang di emper, kadang mereka suka marah kalau kita lihat-lihat dagangannya. Mungkin nggak boleh diacak-acak. Tapi yang namanya mau beli kan dilihat-lihat ya," imbuh Tita.
Di jam-jam tertentu, seperti usai salat fardhu, di sekitar Masjid Nabawi berubah menjadi semacam pasar kaget. Ada yang berjualan buah seperti plum dan aprikot, ada yang berjualan kacang-kacangan, cokelat, kosmetik, gelang, sajadah, kopiah, baju, dan kerudung. Harganya bervariasi. Ada gamis untuk perempuan yang dijual 25 SAR. Namun kualitasnya memang tidak terlalu baik. Pilih-pilihlah dengan baik sebelum membayar.
Agar aman saat belanja oleh-oleh, ada baiknya Anda tidak pergi sendiri. Ajaklah beberapa teman bersama Anda. Jangan segan untuk menawar, tapi tahan-tahan kuping saja ya kalau penjual itu lantas mengatai Anda bakhil alias pelit, lantaran Anda menawarnya terlewat rendah.
(vta/fay)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Suhu Bromo Kian Menggigit di Puncak Kemarau