Situs BBC Travel seperti ditengok detikTravel, Kamis (21/1/2016) mengulas artikel suku Kalinga di Filipina. Suatu suku yang menempati pegunungan Cordillera di Provinsi Kalinga, Luzon, yang berjarak 12 jam naik mobil dari ibukota negara Filipina, Manila.
Tato suku Kalinga (Jorge Fernandez/BBC Travel)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktanya, tato suku Kalinga sudah ada sejak 1000 tahun silam. Jangan heran, kalau sedang traveling ke sana Anda melihat banyak pria dan wanita tua dengan tato yang memenuhi tubuhnya. Mereka masih menjaga tradisi tersebut, yang mana mulai dilupakan anak-anak mudanya.
Apo Whang-Od, Satu-satunya Penato di Suku Kalinga
Dalam tradisi menato, hanya boleh satu orang yang diizinkan menato. Kini, orang tersebut adalah Apo Whang-Od, seorang wanita yang usianya sudah 97 tahun!
Tak terhitung sudah berapa banyak orang-orang suku kalinga yang ditato oleh Apo Whang-Od. Bahkan di tahun 2013, program Discovery Channel Tattoo Hunter yang dibawakan Dr Lars Krutak mampir ke sana dan berkenalan langsung dengan Apo Whang-Od.
Apo Whang-Od, penato terakhir di suku Kalinga (Jorge Fernandez/BBC Travel)
"Tato adalah harta terbesar kita. Tato akan kita bawa sampai kita mati," ujarnya.
Teknik yang dipakai Apo Whang-Od, masih tradisional. Dia menggunakan peralatan sederhana, tidak memakai jarum suntik. alat tatonya, sama seperti suku Dayak yang ada di Kalimantan.
Alat yang digunakan berupa kayu dan duri yang berasal dari pohon. Prosesnya, bagian ujung kayu berbentuk L dijepitkan duri dan ditusukan ke tubuh yang hendak diukir dengan cara dipukul atau ditetak menggunakan kayu pemukul. Sedangkan tintanya, terbuat dari gula dan jelaga.
Rumah Apo Whang-Od yang dadakan jadi destinasi wisata (Jorge Fernandez/BBC Travel)
Semenjak ditampilkan di Discovery Channel Tatto Hunter, pemukiman suku kalinga langsung diserbu banyak turis. Mereka berbondong-bondong datang ke sana untuk membuat tato. Apo Whang-Od jadi artis dadakan dan rumahnya pun menjadi destinasi wisata. Dalam sehari, bisa puluhan turis yang datang.
Arti Tato Suku Kalinga
"Tato tidak hanya gambar, melainkan memiliki arti. Saya tidak mau menato orang hanya demi ingin bergaya, tapi tatonya harus berarti bagi dirinya," papar Apo Whang-Od.
Bagi para wanita suku Kalinga, tato bagaikan perhiasan. Desainnya berupa seperti pakaian dengan penutup lengan yang panjang panjang, dengan garis-garis indah yang menutupi lengannya. Tak ketinggalan, tato berbentuk kalung menghiasi bagian atas dada mereka.
Bagi wanita suku Kalinga yang sudah ditato, artinya mereka sudah 'matang' dan siap untuk dipinang. Tato di tubuh-tubuhnya, menambah paras kecantikannya dan membuat para pria makin jatuh hati.
Sebenarnya, pilihan menato badan kembali ke diri wanita masing-masing. Ada yang sudah dewasa, tapi tidak mau ditato karena entah mungkin tidak berani atau alasan lainnya. Celakanya, para pria tidak akan mau meminangnya.
Begitu pun dengan para pria suku Kalinga. Tapi untuk para pria, tato adalah simbol kejantan dan kebanggan. Dari perut sampai dada, akan dipenuhi garis yang menyambung sampai ke lengan. Bahkan, punggung mereka juga penuh oleh tato. Makin banyak tato, makin tinggilah status para pria suku Kalinga.
Pria suku Kalinga yang badannya dipenuhi tato (Jorge Fernandez/BBC Travel)
Model tato suku kalinga, didominasi oleh garis. Tidak ada simbol hewan atau simbol-simbol anehnya. Namun karena masih menggunakan alat tradisional, rasa sakit yang dirasa akan luar biasa. Selama 2 minggu, bagian tubuh yang ditato bisa membengkak.
Keponakan Apo Whang-Od, Grace Palicas kini ditunjuk sebagai penerusnya. Tradisi tato suku Kalinga sejatinya dalam status terancam punah dan mulai ditinggalkan. Tapi Apo Whang-Od dan keponakannya bersumpah untuk terus menjaga tato tersebut.
"Saya ingin melanjutkan tato Kalinga. Ketika Whang-Od tiada, saya masih di sini untuk mengurus, menjaga dan tidak akan melupakan budaya kita," ujar Grace.
Grace, penerus Apo Whang-Od (Jorge Fernandez/BBC Travel)
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Layangan di Bandara Soetta, Pesawat Terpaksa Muter-muter sampai Divert!
Wapres Gibran di Bali Bicara soal Pariwisata, Keliling Pasar Tradisional
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?