Menurut ajaran Hindu, seorang janda tidak diperbolehkan menikah lagi dan diwajibkan untuk tinggal di rumah. Sang janda pun diharuskan mengenakan pakaian warna putih yang menjadi simbol duka atas kepergian sang suami.
Konon seorang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya dianggap telah kehilangan makna untuk hidup. Bahkan prosesi pemakaman India konservatif yang bernama sati menyarankan para janda untuk bunuh diri dan menyusul suaminya di alam sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir detikTravel dari BBC, Jumat (16/9/2016), Kota Vrindavan pun menjadi tempat pelarian para janda di India selain Varanasi yang disebut sebagai kota paling suci.
Secara lokasi, Vrindavan merupakan sebuah kota dari provinsi Uttar Pradesh. Di kalangan masyarakat Hindu, Vrindavan juga dipercaya sebagai tempat masa kecil Dewa Krishna yang dianggap suci.
Sejumlah LSM hingga Pemerintah India memang menjadikan Vrindavan sebagai rumah para janda. Hal itu dibuktikan lewat sejumlah rumah bernama vidhwa ashram yang khusus disiapkan untuk menampung para janda.
Tak sedikit janda yang berziarah dan tinggal di Vrindavan hingga akhir hidupnya. Di Vrindavan, para janda memang diperlakukan baik oleh para janda yang tergabung di dalam komunitas. Setidaknya ada sekitar 20 ribu janda yang tinggal di Vrindavan.
Sehari-harinya para janda biasa bangun pagi dan melakukan ibadah. Tak sedikit juga yang pergi ke Sungai Yamuna untuk mandi dan melakukan aktivitas ibadah lainnya. Contohnya seperti Gayatri yang tinggal di komunitas Meera Sahbagini.
"Setiap pagi kami bangun pada pukul 05.00. Beberapa dari kami pargi ke Sungai Yamuna untul mandi dan melakukan ritual puja. Kemudian kami kembali ke Ashram, menyanyikan lagu religi untuk menyembah Sri Krishna dan pasangannya Radha," ujar seorang janda bernama Gayatri.
Para janda pun merasa nyaman dan terbantu ketika bertemu dengan wanita lain yang senasib. Persaudaraan dan persamaan nasib itulah yang membantu para janda untuk hidup di Vrindavan hingga akhir.
Sekiranya kisah akan Kota Vrindavan menjadi sisi lain India yang dapat menambah pengetahuan para traveler. Bahwa selalu ada tempat untuk semua orang tanpa terkecuali. (rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara