Mereka yang Bertaruh Nyawa di Titik Tertinggi Bumi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mereka yang Bertaruh Nyawa di Titik Tertinggi Bumi

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Jumat, 16 Jun 2017 13:30 WIB
Ilustrasi Sherpa (Thinkstock)
Kathmandu - Dibalik setiap pencapaian ke Puncak Everest, ada para Sherpa di baliknya. Mereka pun rela bertaruh nyawa demi para pendaki.

Sejak zaman Sir Edmund Hillary kali pertama mencapai Puncak Everest, kehadiran Sherpa disebut sebagai kunci penting dari keberhasilan itu. Bagi traveler yang belum tahu, Sherpa merupakan kelompok etnis setempat Nepal yang juga berprofesi sebagai porter.

Apabila para pendaki menjadikan Everest sebagai pencapaian utama, namun lain halnya dengan para Sherpa. Walau berbahaya, mendaki Everest menjadi profesi utama yang dilakukan para Sherpa dengan bertaruh nyawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Jumat (16/6/2017) salah satu kisah Sherpa itu pun juga ditulis oleh media News Australia. Pada kesempatan itu, seorang Sherpa bernama Karma Rita (40) berbagi ceritanya.

Selama 18 tahun menjadi Sherps, Karma telah ikut dalam 15 ekspedisi yang dilakukan oleh para pendaki untuk menggapai puncak Everest. Namun dari 15 ekspedisinya, Karma berhasil mencapai Puncak Everest kurang dari setengah atau sekitar tujuh kali.

Profesi yang dijalani Karma pun bukan tanpa resiko dan pengorbanan. Dalam perjalanan pendakiannya, Karma juga telah mengalami kehilangan dari rekan Sherpa hingga tamu pendaki yang jumlahnya mencapai 10 orang.

Ilustrasi para pendaki menuju Puncak Everest (dok pauloakenfold/Instagram)Ilustrasi para pendaki menuju Puncak Everest (dok pauloakenfold/Instagram)
Pada saat gempa besar tahun 2015 lalu yang menewaskan sekitar 22 orang di Everest Base Camp, Karma pun juga berada di lokasi. Bahkan kala itu, ada beberapa tamunya yang tetap nekat untuk terus mendaki walau situasi sangat berbahaya.

"Para orang Barat berkata, kami telah membayar banyak uang, kami harus mendaki. Para Sherpa bilang jangan, karena sudah terlalu banyak orang yang mati di sana," kenang Karma.

Walau berbahaya, tapi mendaki gunung memang telah mendarah daging untuk Karma. Diceritakan oleh Karma, ayahnya merupakan seorang pendaki terkenal yang mengajarinya untuk mendaki. Karma pun juga telah menurunkan ilmunya pada dua anaknya.

"Anak saya sangat tertarik untuk mendaki. Ia mencoba untuk mendaki Everest selama 16 tahu tapi belum berhasil. Tahun kemarin baru berhasil (saat umur 20 tahun). Anak perempuan saya juga telah mencoba untuk mendaki Everest dan juga tengah belajar ice climbing, ia umur 25," ujar Karma.

Namun selain membantu para pendaki untuk mencapai puncak, Karma juga memiliki sebuah kedai teh yang ia bangun dengan uang dari seluruh pendakiannya. Kisah Karma pun menjadi kisah sukses dari salah satu Sherpa yang telah berjuang untuk mencapai mimpinya lewat taruhan nyawa.

(bnl/bnl)

Hide Ads